Sabtu, 26 Mei 2018

Ciri-Ciri Roman dan Jenis-Jenis Roman

roman

Roman dikenal sebagai satu diantara karya sastra yang berupa fiksi atau rekaan.
Pada masa lalu, keberadaan roman sangat diperhitungkan dan menjadi andalan penulisan sastra termasuk juga di Indonesia
Roman memang ditulis untuk memberikan pandangan dengan cara menampilkan karakter dan perjalanan hidup seseorang secara utuh dan apa adanya.
Roman tidak menutupi peristiwa atau permasalahan dari sang tokoh, melainkan menyajikannya dengan lebih etis dan indah termasuk kehidupan yang berkaitan dengan permasalahan sosial tokoh.

A.  Pengertian Roman
Mengacu pada pengertian dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Istilah ‘roman’ didefinisikan sebagai sebuah karangan prosa yang melukiskan perbuatan pelakunya menurut watak dan isi jiwa masing masing
Matzkowski (1998) mengemukakan jika istilah ‘roman’ diambil dari Bahasa Perancis, ‘romanz’ yang penggunaannnya mengacu pada semua karya sastra dari golongan rakyat biasa.
Istilah ‘roman’ juga identik berasal; dari ungkapan Latin ‘lingua romana’ yang artinya karya sastra dari golongan biasa.
Roman merupakan sebuah karya sastra yang menceritakan kehidupan seorang atau beberapa tokoh, mulai dari kelahirannya, dewasa, hingga keadaan kematiannya.
Selain itu, roman juga didefinisikan sebagai sebuah karya sastra yang menampilkan urutan kejadian yang bersambung satu sama lain
Yang menggambarkan pengalaman-pengalaman tokoh tokoh yang ada dalam suatu situasi kehidupan tertentu.
Gambaran pengalaman tersebut dapat berupa gambaran pengalaman secara lahir maupun batin.
Roman juga menggambarkan keseluruhan kehidupan sosial tokoh.
Goethe mengungkapkan jika roman merupakan sebuah karya sastra yang fiksi.
Lebih lanjutnya, Goethe mengemukakan jika roman merupakan karya sastra yang mengambarkan peristiwa yang mungkin terjadi dengan kondisi yang tidak mungkin atau hampir tidak mungkin menjadi sebuah kenyataan.
Goethe juga mengemukakan jika roman bersifat subjektif karena pengarang akan berusaha mengambarkan dunia menurut pendapatnya sendiri dalam karya sastra tersebut.
Pendapat lainnya dari Jasin (1959) mengungkapkan jika roman merupakan cerita yang melingkupi seluruh kehidupan tokoh, pelaku-pelakunya digambarkan dari kehidupan di masa kecilnya hingga kematiannya.
Namun, ada pendapat lain pula yang menjelaskan jika tokoh dalam roman tidak selalu diceritakan hingga meninggal , tapi ada pula yang diceritakan masih hidup hingga akhir cerita.

B.  Ciri-Ciri Roman
Berikut ini adalah ciri-ciri dari roman :
1.   Roman bercerita tentang seorang tokoh fiktif.
2.   Biasanya tokoh dalam roman menceritakan perjalanannya mulai dari kelahirannya hingga kematiannya.
3.   Memiliki alur cerita yang kompleks

C.  Jenis Roman
Roman diklasifikasikan menjadi beberapa jenis, diantaranya :
1.   Roman Berdasarkan Penggambaran Utama dalam Cerita
Ruttkowski dan Reichman (1974) mengklasifikasikan roman menjadi beberapa jenis berdasarkan penggambaran utama yang ada dalam cerita. Jenis jenis roman tersebut antara lain :
a.   Figuren Roman (Roman Tokoh)
Roman jenis ini menitikberatkan penggambaran seorang atau beberapa tokoh di dalam cerita.
Atau dengan kata lain fokus utama cerita pada roman jenis ini berkisar pada tokoh yang ada di dalamnya.
Salah satu contoh roman jenis ini adalah roman klasik Kisah Tiga Kerajaan.
b.   Raum Roman (Roman Dunia)
Roman jenis ini lebih mengutamakan penggambaran tentang sebuah dunia dalam ceritanya.
c.   Handlungs Roman (Roman Tindakan)
Roman jenis ini mengisahkan pembentukan suatu tingkah laku atau tindakan yang menarik.
Atau dengan kata lain  fokus utama dalam cerita ini adalah tentang suatu kejadian atau tindakan.

2.   Roman Berdasarkan Penitikberatan Cerita
a.   Roman Kriminal dan Detektif (Krim- und Detektiv Roman)
Roman yang digolongkan menjadi roman  kriminal menjadikan psikologi seorang penjahat sebagai fokus utama ceritanya.
Sedangkan jenis roman detektif lebih menenkankan ceritanya pada teka teki atau kasus yang harus dipecahkan oleh seorang tokoh detektif dengan kemampuan analisis dan melacaknya.
Ketika membaca roman jenis ini, pembaca seolah olah diajak untuk ikut berpikir bagaimana menghadapi suatu masalah, memperkirakan apa yang akan terjadi, hingga ikut larut dalam ketegangan menanti akhir cerita.
Contoh roman jenis ini antara lain roman karya Suman Hasibuan, yakni ‘Mencari Pencuri Anak Perawan’.
Roman ‘Mencari Pencuri Anak Perawan’ ini menceritakan tentang tokoh Sir Jon, yang diceritakan berjiwa detektif, yang berusaha merebut kembali tunangannya, Nona, dari tangan tokoh bernama Taro, yang diceritakan memiliki berbagai tipu muslihat untuk mempengaruhi orang tua Nona agar menikahkan gadis itu dengannya.
Contoh lain roman jenis detektif dan kriminal adalah Roman ‘Percobaan Seria’ dan ‘Kasih Tak Terlerai’ karya Suman Hasibuan pula, serta roman karya Adi Soma ‘Cincin Stempel’.

b.   Roman Petualangan (Abenteuer Roman)
Dalam tulisannya, Bittner (2006) mengungkapkan jika roman petualangan pertama kali ditulis pada abad ke-20 dan diperkenalkan sebagai roman jenis baru yang berbeda dari roman adat istiadat.
Roman jenis ini memiliki ciri khas, yakni memberikan gambaran riil tentang sebuah kejadian lewat tingkah laku tokoh.
Dalam roman jenis ini, situasi-situsi akan berubah secara cepat, selain itu setiap tempat kejadian di dalam cerita tersebut sebagian besar menjadi latar kejadian kejadian yang luar biasa, menimbulkan ketegangan, namun juga memberikan hiburan.
Lebih lanjut, Bittner (2006) menjelaskan jika titik berat pada roman petualangan adalah tokoh utama dalam cerita nantinya akan pergi dari dunia yang sehari-hari dijalaninya menuju ke dunia baru yang asing dan berbahaya.
Namun nantinya sang tokoh akan berhasil menaklukkan dunia tersebut setelah melewati  rintangan rintangan berbahaya.
Berikut ini beberapa ciri-ciri roman petualangan :
1)   Tujuan perjalanan tokoh dalam cerita biasanya menyelamatkan seseorang atau menyelamatkan dunia sang tokoh.
2)   Biasanya diceritakan melalui sudut pandang tokoh utama.
3)   Tokoh utama mempresentasikan kebaikan dan biasanya dikisahkan berjuang melawan kejahatan atau kekuasaan yang menyengsarakan hingga akhirnya menang.
4)   Disusun dalam bahasa yang lebih sederhana dan deskriptif.
5)   Biasanya berupa cerita tunggal.
6)   Dibangun dalam alur yang pendek yang menyampaikan kejadian aktual dengan cara langsung dan mudah dimengerti.
Contoh roman jenis ini antara lain roman ‘Dr. Haslinda’ karya Rivai Marlaut serta roman ‘Surapati’ karya Abdul Muis.

c.   Roman Psikologi (Psychologischer Roman)
Roman psikologi, seperti yang dijelaskan oleh Kwiatkowski (1989), merupakan jenis roman yang berfokus pada keadaan batin tokohnya sehingga tingkah laku dan perbuatan sang tokoh hanya diulas sedikit.
Dalam roman jenis ini, penulis tertarik untuk menggambarkan kejiwaan dan karakter seorang manusia secara lebih dalam.
Singkatnya, roman ini menceritakan perjalanan hidup, keadaan kejiwaan, serta perilaku tokoh berdasarkan tinjauan psikologi atau ilmu yang pembelajari tentang kejiwaan.
Salah satu contoh roman psikologi adalah roman ‘Atheis’ karya Achadiat Karta Miharja.
Roman ini menceritakan tentang bagaimana pemikiran dan tanggapan dari tokoh bernama Hasan, yang merupakan penganut islam yang taat, dalam menanggapi pemikiran dan perilaku tokoh Rushi, Anwar, dan Tini, di mana ketiga tokoh tersebut memiliki paham Marxisme.
Di dalam roman ‘Atheis’ perkembangan jiwa tokoh Hasan dan segala konflik batin yang dialaminya digambarkan secara jelas oleh sang penulis.
Contoh lain roman psikologi adalah roman ‘Katak Hendak Jadi Lembu’ karya Nur Sutan Iskandar.

d.   Roman Percintaan (Liebes Roman)
Wilpert (1989) mengemukakan pendapatnya jika roman percintaan merupakan roman yang yang mengangkat kisah percintaan pada zaman romantic sebagai tema utama dalam roman ini.
Roman percintaan dianggap sebagai salah satu roman jenis roman yang digemari pembacanya oleh kaum wanita.
Roman jenis ini biasanya banyak menceritakan tentang sisi kepahlawanan seorang wanita dengan gaya bahasa yang tidak serius serta biasanya memiliki akhir cerita yang bahagia dan kurang realistis.
Contoh roman jenis ini antara lain roman ‘Gadis Empat Zaman’ karya Salkha serta roman ‘Medan di Waktu Malam’ karya O. M. Taufik.

e.   Roman Hiburan (Unterhaltungs Roman)
Roman hiburan merupakan roman yang ditulis dengan tujuan memberikan hiburan kepada pembacanya.
Gaya penulisan pada roman jenis ini dibuat ringan dan memudahkan pembaca untuk memahaminya.
Roman jenis ini tidak mengangkat cerita yang terlalu serius dan berat, serta tidak bercerita tentang perselisihan yang mendalam dengan permasalahan yang mengharukan.
Akhir cerita roman jenis ini biasanya berakhir bahagia.

f.     Roman Anak dan Remaja (Kinder- und Jugend Roman)
Menurut Groschenek (1979), roman jenis ini secara khusus ditujukan bagi pembaca anak-anak dan remaja.
Roman jenis ini biasanya memiliki aspek hiburan serta memiliki masuk untuk mengajar atau mendidik serta menanamkan nilai nilai tertentu kepada pembacanya.
Roman anak dan remaja umumnya dilengkapi dengan gambaran atau lukisan, dengan maksud agar pembaca lebih mudah menangkap isi cerita yang ada dalam roman tersebut.
Kata-kata atau kalimat yang terdapat pada roman jenis ini disesuaikan dengan psikologi pembacanya, yaitu anak dan remaja yang menjadi sasaran utamanya.
Contoh roman anak anak antara lain ‘Si Jamin dan Si Johan’ karya Merari Siregar serta ‘Si Dul Anak Jakarta’ karya Aman.
Sedangkan contoh roman remaja antara lain ‘Pertemuan Jodoh’ karya Abdul Muis serta roman ‘Asmara Jaya’ karya Adinegoro.

g.   Roman Pendidikan (Bildungs Roman)
Mengacu pada pendapat Dilthey (1989), Roman pendidikan memiliki tema dan isi cerita, yang menjadikan tokoh utama sebagai fokus ceritanya adalah perkembangan pendidikan.
Dalam ruang lingkup roman pendidikan, istilah pendidikan mengacu pada istilah ‘vollenderer humanitat’ atau ‘kemanusiaan yang sempurna’.
Selain perkembangan pendidikan tokohnya, roman jenis ini juga bercerita tentang perkembangan kejiwaan dan karakter manusia.
Contoh dari roman jenis ini antara lain ‘Neraka Dunia’ karya Nur Sutan Iskandar serta roman ‘Salah Asuhan’ karya Abdul Muis.

D.  Contoh Roman
Berikut ini beberapa contoh roman :

Pergumulan Dua Akhlak
Oleh Gayatri

Ayahnya memberi nama Fadli. Pemuda yang tumbuh menjadi anak yang pandai mengaji dan hampir tidak pernah keluar rumah. Ya, Fadli adalah anak satu-satunya dari keluarga Seno Soedarman. Seorang pemilik perkebunan sawit di Kalimantan bagian Tengah.

Namanya tersohor sebagai seorang pengusaha kaya yang sukses, baik dalam membina usahanya, maupun keluarganya. Pak Seno, begitu Ia akrab disapa. Tidak ingin anak semata wayangnya terjerumus pada kehidupan masa remaja yang salah.

Dari kecil Fadli dididik menjadi pemuda soleh yang selalu patuh pada orang tuanya. Tidak hanya itu, Fadli bahkan lebih memilih untuk mondok disebuah pesantren sambil tetap bersekolah. Cita-citanya sederhana, menjadi guru agama.

Suatu hari kedua orang tua Fadli menyiapkan acara syukuran untuk menyambut Fadli yang sudah lulus kuliah di pesantren dan berencana untuk mengajar di salah satu pondok di desanya. Fadli yang datang dengan raut bahagia memeluk kedua orang tuanya tanda rindu yang selama ini Ia pendam.

Akhirnya, keluarga kecil tersebut dapat bersatu kembali. Kali ini Fadli berjanji untuk membahagiakan dan meneruskan usaha orang tuanya.

Fadli memang pemuda yang pandai. Namun, dirinya tidak menyadari bahwa kepandaian juga diukur dari tingkat pengalaman terhadap lingkungan. Lingkungan di pesantren yang sangat dijaga, jauh berbeda dengan lingkungannya sekarang yang serba bebas dan terbuka.

Beberapa kawan seangkatan Fadli bahkan sudah banyak yang terjerumus pada pergaulan bebas. Fadli yang lugu dan polos tidak mengerti bahwa ancaman akhlak bisa datang dari mana saja.

Menikmati waktu mengajarnya, Fadli mulai mengenal lawan jenis yang berbeda dengan masa-masa dia di pesantren. Perempuan di tempatnya mengajar sudah berbeda dari penampilan dan cara berkomunikasi. Fadli sempat heran dengan kenyataan disana bahwa tidak semua perempuan menutupi auratnya meski seorang muslim.

Fadli mulai melihat fakta bahwa kehidupan yang bebas sepertinya lebih membahagiakan bagi mereka yang menjalaninya. Suatu ketika Fadli bertemu dengan teman masa kecilnya dulu. Sifa namanya. Sifa adalah seorang pegawai bank yang baru saja tamat kuliah.
Berbeda dengan Fadli, Sifa lebih terlihat supel dan mudah bergaul meskipun dengan lawan jenis. Fadli melihat Sifa dari cara pandang yang sudah tidak seperti dulu lagi. Fadli jatuh hati pada teman masa kecilnya itu.

Sedikit demi sedikit keduanya pun dekat dan memutuskan untuk menjalin hubungan. Fadli bahkan ingin segera menjadikan Sifa sebagai istri karena menurut Islam hal tersebut jauh lebih baik dari pada lama-lama berpacaran.

Fadli melamar Sifa pada suatu malam yang sudah Ia persiapkan dengan berbagai hidangan makan malam di sebuah rumah makan. Sifa yang melihat Fadli dengan kasihan akhirnya memutuskan untuk menerima pinangan itu meski dirinya telah memiliki seorang kekasih.

Fadli tidak mengetahui jikalau Sifa dan Sultan sudah berpacaran jauh sebelum Fadli kembali dari pesantren. Hanya saja Sifa menunggu saat untuk Sultan kembali dari tugasnya di kapal pesiar. Sementara Sifa dengan keresahannya. Fadli justru tengah berbahagia menyiapkan hari pernikahannya.

Hari berganti hari dan tibalah saatnya esok adalah hari pernikahan keduanya. Tinggal beberapa jam saja, Sifa akan sah menjadi menantu pengusaha perkebunan terkaya. Namun, kenyataan pahit justru diterima Fadli dan keluarganya.

Tanpa diduga malam sebelum pernikahan berlangsung, Fadli mendapat kabar bahwa Sifa memutuskan untuk membatalkan pernikahan tersebut secara sepihak. Yang lebih menyakitkan bagi Fadli adalah berita kaburnya Sifa dengan pemuda kapal pesiar yang belakangan diketahui sebagai kekasih Sifa.

Terjadi perubahan yang cukup besar dalam diri Fadli. Dirinya mulai sering marah-marah dan berkata kasar pada orang tuanya. Tidak hanya itu, Fadli bahkan berani membantah omongan Ayahnya yang dulu tidak pernah dia lakukan.

Semua itu kemungkinan besar berasal dari peristiwa gagalnya pernikahan dengan wanita yang dicintainya. Sifa sudah tidak lagi berkabar dan menghilang entah kemana, keluarganya pun tidak tahu kemana putri sulung mereka pergi.

Fadli mulai bergaul dengan beberapa preman bahkan ikut serta jika ada acara minum-minum di balai dusun. Kedua orang tuanya tidak berani memarahi Fadli karena takut dipukul seperti beberapa hari sebelumnya.

Fadli bahkan mulai berani mengajak gadis-gadis yang bekerja di karaoke kerumahnya. Kedua orang tua Fadli terpaksa tega mengusirnya karena tidak tahan melihat prilaku putranya itu. Fadli semakin beringas dan memutuskan untuk pergi dari rumahnya tanpa mengakui lagi Pak Seno sebagai ayah kandungnya.

Hidup Fadli terlunta di luar sana. Dirinya hanya mengandalkan uang dari hasil memeras beberapa pedagang di pasar tempatnya sering berkumpul bersama teman-teman premannya. Fadli bahkan sering terlihat tidur di kolong meja dimana meja tersebut digunakan untuk berjualan pada keesokan harinya.

Beberapa pedagang yang tidak menyukainya melaporkan pemerasan yang dilakukan oleh kelompok Fadli agar mereka jera. Fadli dicari oleh petugas kepolisian yang menangani kasus preman di pasar-pasar tradisional.

Sampai pada suatu pagi Fadli kepergok sedang memeras pedagang sayur di sebuah gang sempit dekat pasar. Petugas yang mengetahui tindakan tersebut segera mengejar Fadli. Fadli berlari dengan kencangnya hingga tanpa disadari dia menyeberang tanpa melihat kanan dan kiri.

Sebuah truk bermuatan karung beras menabrak Fadli yang seketika meninggal di lokasi. Petugas yang menangani kasus tersebut mengabarkan kepada Pak Seno beserta istrinya. Betapa terpukul hati kedua orang tuanya saat tahu kondisi Fadli. Namun, mereka dengan ikhlas memaafkan sopir truk tanpa menuntut apapun, ikhlas memaafkan anak mereka Fadli.

Fadli hanya salah menyikapi kenyataan. Pergaulan yang diperolehnya dulu di pesantren hanya dijadikan sebagai tontonan dan bukan sebagai perbaikan iman. Fadli seolah merasa merana seorang diri. Dirinya tidak menyadari bahwa kesedihan yang dialaminya itu tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan luasnya lautan.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PEDIH

  Ia ceritakan kepada malam Sebuah kisah yang kelam Ketika hati menjadi ulam Mengenang cinta yang suram   Ia ceritakan kepada bint...