Satire
adalah puisi yang memuat sindiran kepada penguasa/orang yang memiliki
posisi/jabatan.
B. Contoh Satire
Lihatlah kami
Peluh dan keringat adalah kawan kami
Banting tulang adalah kesetiaan kami
Kekurangan adalah kelebihan kami
Penderitaan adalah keseharian kami
Tapi lihatlah dirimu
Tertawa di atas peluh keringat kami
Bersantai di atas remuknya tulang
kami
Berfoya di atas kekurangan kami
Kau curi semua hak kami
Kau curi sesuap nasi kami
Kau berlimpah harta atas nama kami
Kau berjanji atas nama kami
Kami hanya cukup diam
Di atas sajadah kami
Semoga Tuhan membalas kezhaliman ini
Contoh 2 : Aku
bertanya
Oleh : WS Rendra
Aku bertanya...
tetapi pertanyaan-pertanyaanku
membentur jidat penyair-penyair salon,
yang bersajak tentang anggur dan rembulan,
sementara ketidakadilan terjadi
di sampingnya,
dan delapan juta kanak-kanak tanpa pendidikan,
termangu-mangu dalam kaki dewi kesenian.
Oleh : WS Rendra
Aku bertanya...
tetapi pertanyaan-pertanyaanku
membentur jidat penyair-penyair salon,
yang bersajak tentang anggur dan rembulan,
sementara ketidakadilan terjadi
di sampingnya,
dan delapan juta kanak-kanak tanpa pendidikan,
termangu-mangu dalam kaki dewi kesenian.
Contoh 3 : Gigit Jari
Lihatlah pada kami
Wakil rakyat yang dihormati
Disini kami berdiri
Menuntut janji
Kemakmuran yang kau janji kan
Jika dapat kursi dewan
Kami telah turuti
Demi janji-janji
Namun, kini
Apa yang trejadi
Jangankan janji
Ingat pun tidak pada kami
Tertipu lagi
Janji –janji bohong lagi
Terpaksa kini kami hanya menggigit jari
Lihatlah pada kami
Wakil rakyat yang dihormati
Disini kami berdiri
Menuntut janji
Kemakmuran yang kau janji kan
Jika dapat kursi dewan
Kami telah turuti
Demi janji-janji
Namun, kini
Apa yang trejadi
Jangankan janji
Ingat pun tidak pada kami
Tertipu lagi
Janji –janji bohong lagi
Terpaksa kini kami hanya menggigit jari
Contoh 4 : Di Negeri Amplop
Oleh
: (Gus Mus)
Aladin
menyembunyikan lampu wasiatnya “malu”
Samson
tersipu – sipu, rambut keramatnya ditutupi topi “rapi – rapi”
David
coverfil dan rudini bersembunyi “rendah diri”
Entah, andai
Nabi Musa bersedia datang membawa tongkatnya
Amplop –
amplop di negeri amplop mengatur dengan teratur
Hal – hal
yang tak teratur menjadi teratur
Hal – hal
yang teratur menjadi tak teratur
Memutuskan
putusan yang tak putus
Membatalkan
putusan yang sudah putus
Amplop –
amplop menguasai penguasa
Dan
mengendalikan orang – orang biasa
Amplop –
amplop membeberkan dan menyembunyikan
Mencairkan
dan membekukan
Mengganjal
dan melicinkan
Orang bicara
bisa bisu
Orang
mendengar bisa tuli
Orang alim
bisa nafsu
Orang sakti
bisa mati
Di negri
amplop, amplop – amplop mengamplopi apa
saja dan siapa saja.
Contoh 5 : Negeriku
Oleh
: (Gus Mus)
Mana ada
negri sesubur negeriku
Sawahnya tak
hanya menumbuhkan padi, tebu dan jagung tapi juga pabrik, tempat rekreasi dan
gedung
Prabot –
prabot orang kaya di dunia dan burung-burung indah piaraan mereka berasal dari
hutanku
Ikan – ikan
pilihan yang mereka santap bermula dari lautku
Emas dan
perak, perhiasan mereka digali dari tambangku
Air bersih
yang mereka minum bersumber dari keringatku
Mana ada
negri sekaya negeriku
Majikan –
majikan bangsaku memiliki buruh – buruh mancanegara
Brangkas –
brangkas Bank ternama dimana – mana menyimpan harta – hartaku
Negriku
menumbuhkan konglomera dan mengikis habis kaum melarat
Rata – rata
pemimpin negriku dan handai tolannya terkaya didunia
Mana ada
negri semakmur negeriku
Penganggur –
penganggur diberi perumahan, gaji dan pensiunan setiap bulan
Rakyat –
rakyat kecil menyumbang negara tanpa imbalan
Rampok –
rampok di beri rekomendasi, dengan kop sakti instansi
Maling –
maling di beri konsensi
Tikus dan
kucing dengan asik berkorupsi
Contoh 6 : Semenjak
Hari Itu
Oleh :
(Malik Abdul)
Di depanku
kau menangis tersedu tak tahu malu
Kata-katamu
membujukku penuh rayu
Merengek
memintaku untuk kembali
Namun, aku
tetap pada pendirianku
Janji
busukmu begitu nyata
Segala resah
menyatu buatku ragu
Melihat kau
berdua sedang bercumbu
Tanpa rasa
bersalah kau mancampakkanku
Kini hari
tinggal sepi
Menyisakan
hari penuh haru
Semenjak kau
dustai kisah cinta berdua
Rasakan
sendiri kini
Air matamu
tak akan pernah berarti
Untuk
menghapus dosa yang kau lakukan sendiri
Selamat
tinggal melati.
Contoh 7 : Kepada
Para Pemulung Desaku
Oleh
: (Malik Abdul)
Desaku
terpencil di sudut sungai yang sepi
Masyarakat
hidup pas-pasan tetapi penuh gaya
Seakan tak
mau kalah dengan kemajuan kota
Mereka tak
tahu apa itu halal
Mereka tak
tahu apa itu haram
Sambil
menyelam minum air
Sambil
memulung mereka mencuri
Sambil
mencuri mereka menari
Sambil
menari mereka mengotori diri
Tiada satu
pun cita-cita yang mulia diantara mereka
Karena
mereka tiada mengenalnya
Ajaran agama
pun tidak mereka anggap benar
Lantas
siapakah yang harus berbenah
Para kiyai
kah?
Atau mereka?
Contoh 8 : Pencopet
Metropolitan
Oleh
: (Malik Abdul)
Siang hari
di bandara Soekarno-Hatta
Mentari
terik menyengat kulit seorang kakek tua
Dia berjalan
gontai membawa tas yang penuh dengan pakaian
Terlihat
binar matanya menampakkan kerinduan akan kampung halaman
Kepada
isteri, anak, dan cucu-cucunya
Bahunya
nampak terbungkuk menopang segala beban
Beban yang
ada di dalam tasnya
Juga beban
akan tanggung jawabnya
Dari arah
berlawanan seorang pemuda berjalan cepat
Seperti
terburu oleh nafsu sesaat
Tanpa
perduli bahwa semua itu perbuatan jahat
Brakk…!
Tampak ia
menabrak seorang kakek tua
Sang kakek
terjatuh
Tangannya
yang ringkih menopang tubuhnya yang terpelanting
Kerumunan
orang apatis hanya menyaksikan
Sejenak
terhenti dari langkah mereka
Namun seakan
peristiwa itu hanyalah hal kecil
Dalam
sekejap si pemuda itu terbangun
Dengan gerak
cepat ia menyingkapkan dompet coklat didalam jaket
Na’as…
Sang kakek
kehilangan segalanya
Semua kerja
kerasnya lenyap dalam sekejap
Nampak
kesedihan dari mata yang teduh itu
Dari kejauhan ia hanya menyaksikan
Si pemuda itu berlalari sangat kencang
Hingga tiba di seberang jalan
Ia hendak
melawan arah untuk terus berlari
Namun sebuah
buss melaju kencang hingga tiada mampu ia hindari
Saatnya
tibalah karma berujung mati!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar