Roman dikenal sebagai
satu diantara karya sastra yang berupa fiksi atau rekaan.
Pada masa lalu,
keberadaan roman sangat diperhitungkan dan menjadi andalan penulisan sastra
termasuk juga di Indonesia
Roman memang ditulis
untuk memberikan pandangan dengan cara menampilkan karakter dan perjalanan
hidup seseorang secara utuh dan apa adanya.
Roman tidak menutupi
peristiwa atau permasalahan dari sang tokoh, melainkan menyajikannya dengan
lebih etis dan indah termasuk kehidupan yang berkaitan dengan permasalahan
sosial tokoh.
A. Pengertian Roman
Mengacu
pada pengertian dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Istilah ‘roman’
didefinisikan sebagai sebuah karangan prosa yang melukiskan perbuatan pelakunya
menurut watak dan isi jiwa masing masing
Matzkowski
(1998) mengemukakan jika istilah ‘roman’ diambil dari Bahasa Perancis, ‘romanz’ yang
penggunaannnya mengacu pada semua karya sastra dari golongan rakyat biasa.
Istilah
‘roman’ juga identik berasal; dari ungkapan Latin ‘lingua romana’ yang artinya karya sastra dari
golongan biasa.
Roman
merupakan sebuah karya sastra yang menceritakan kehidupan seorang atau beberapa
tokoh, mulai dari kelahirannya, dewasa, hingga keadaan kematiannya.
Selain
itu, roman juga didefinisikan sebagai sebuah karya sastra yang menampilkan
urutan kejadian yang bersambung satu sama lain
Yang
menggambarkan pengalaman-pengalaman tokoh tokoh yang ada dalam suatu situasi
kehidupan tertentu.
Gambaran
pengalaman tersebut dapat berupa gambaran pengalaman secara lahir maupun batin.
Roman
juga menggambarkan keseluruhan kehidupan sosial tokoh.
Goethe
mengungkapkan jika roman merupakan sebuah karya sastra yang fiksi.
Lebih
lanjutnya, Goethe mengemukakan jika roman merupakan karya sastra yang
mengambarkan peristiwa yang mungkin terjadi dengan kondisi yang tidak mungkin atau
hampir tidak mungkin menjadi sebuah kenyataan.
Goethe
juga mengemukakan jika roman bersifat subjektif karena pengarang akan berusaha
mengambarkan dunia menurut pendapatnya sendiri dalam karya sastra tersebut.
Pendapat
lainnya dari Jasin (1959) mengungkapkan jika roman merupakan cerita yang
melingkupi seluruh kehidupan tokoh, pelaku-pelakunya digambarkan dari kehidupan
di masa kecilnya hingga kematiannya.
Namun,
ada pendapat lain pula yang menjelaskan jika tokoh dalam roman tidak selalu
diceritakan hingga meninggal , tapi ada pula yang diceritakan masih hidup
hingga akhir cerita.
B. Ciri-Ciri Roman
Berikut
ini adalah ciri-ciri dari roman :
1. Roman
bercerita tentang seorang tokoh fiktif.
2. Biasanya
tokoh dalam roman menceritakan perjalanannya mulai dari kelahirannya hingga
kematiannya.
3. Memiliki
alur cerita yang kompleks
C. Jenis Roman
Roman
diklasifikasikan menjadi beberapa jenis, diantaranya :
1. Roman Berdasarkan Penggambaran
Utama dalam Cerita
Ruttkowski
dan Reichman (1974) mengklasifikasikan roman menjadi beberapa jenis berdasarkan
penggambaran utama yang ada dalam cerita. Jenis jenis roman tersebut antara
lain :
a. Figuren
Roman (Roman Tokoh)
Roman
jenis ini menitikberatkan penggambaran seorang atau beberapa tokoh di dalam
cerita.
Atau
dengan kata lain fokus utama cerita pada roman jenis ini berkisar pada tokoh
yang ada di dalamnya.
Salah
satu contoh roman jenis ini adalah roman klasik Kisah Tiga Kerajaan.
b. Raum
Roman (Roman Dunia)
Roman
jenis ini lebih mengutamakan penggambaran tentang sebuah dunia dalam ceritanya.
c. Handlungs
Roman (Roman Tindakan)
Roman
jenis ini mengisahkan pembentukan suatu tingkah laku atau tindakan yang
menarik.
Atau
dengan kata lain fokus utama dalam cerita ini adalah tentang suatu
kejadian atau tindakan.
2. Roman Berdasarkan
Penitikberatan Cerita
a. Roman
Kriminal dan Detektif (Krim- und Detektiv Roman)
Roman
yang digolongkan menjadi roman kriminal menjadikan psikologi seorang
penjahat sebagai fokus utama ceritanya.
Sedangkan
jenis roman detektif lebih menenkankan ceritanya pada teka teki atau kasus yang
harus dipecahkan oleh seorang tokoh detektif dengan kemampuan analisis dan
melacaknya.
Ketika
membaca roman jenis ini, pembaca seolah olah diajak untuk ikut berpikir
bagaimana menghadapi suatu masalah, memperkirakan apa yang akan terjadi, hingga
ikut larut dalam ketegangan menanti akhir cerita.
Contoh
roman jenis ini antara lain roman karya Suman Hasibuan, yakni ‘Mencari Pencuri
Anak Perawan’.
Roman
‘Mencari Pencuri Anak Perawan’ ini menceritakan tentang tokoh Sir Jon, yang
diceritakan berjiwa detektif, yang berusaha merebut kembali tunangannya, Nona,
dari tangan tokoh bernama Taro, yang diceritakan memiliki berbagai tipu
muslihat untuk mempengaruhi orang tua Nona agar menikahkan gadis itu dengannya.
Contoh
lain roman jenis detektif dan kriminal adalah Roman ‘Percobaan Seria’ dan
‘Kasih Tak Terlerai’ karya Suman Hasibuan pula, serta roman karya Adi Soma
‘Cincin Stempel’.
b. Roman
Petualangan (Abenteuer Roman)
Dalam
tulisannya, Bittner (2006) mengungkapkan jika roman petualangan pertama kali
ditulis pada abad ke-20 dan diperkenalkan sebagai roman jenis baru yang berbeda
dari roman adat istiadat.
Roman
jenis ini memiliki ciri khas, yakni memberikan gambaran riil tentang sebuah
kejadian lewat tingkah laku tokoh.
Dalam
roman jenis ini, situasi-situsi
akan berubah secara cepat, selain itu setiap tempat kejadian di dalam cerita
tersebut sebagian besar menjadi latar kejadian kejadian yang luar biasa, menimbulkan
ketegangan, namun juga memberikan hiburan.
Lebih
lanjut, Bittner (2006) menjelaskan jika titik berat pada roman petualangan
adalah tokoh utama dalam cerita nantinya akan pergi dari dunia yang sehari-hari
dijalaninya menuju ke dunia baru yang asing dan berbahaya.
Namun
nantinya sang tokoh akan berhasil menaklukkan dunia tersebut setelah
melewati rintangan rintangan berbahaya.
Berikut
ini beberapa ciri-ciri roman petualangan :
1) Tujuan
perjalanan tokoh dalam cerita biasanya menyelamatkan seseorang atau
menyelamatkan dunia sang tokoh.
2) Biasanya
diceritakan melalui sudut pandang tokoh utama.
3) Tokoh
utama mempresentasikan kebaikan dan biasanya dikisahkan berjuang melawan
kejahatan atau kekuasaan yang menyengsarakan hingga akhirnya menang.
4) Disusun
dalam bahasa yang lebih sederhana dan deskriptif.
5) Biasanya
berupa cerita tunggal.
6) Dibangun
dalam alur yang pendek yang menyampaikan kejadian aktual dengan cara langsung
dan mudah dimengerti.
Contoh
roman jenis ini antara lain roman ‘Dr. Haslinda’ karya Rivai Marlaut serta
roman ‘Surapati’ karya Abdul Muis.
c. Roman
Psikologi (Psychologischer Roman)
Roman
psikologi, seperti yang dijelaskan oleh Kwiatkowski (1989), merupakan jenis
roman yang berfokus pada keadaan batin tokohnya sehingga tingkah laku dan
perbuatan sang tokoh hanya diulas sedikit.
Dalam
roman jenis ini, penulis tertarik untuk menggambarkan kejiwaan dan karakter
seorang manusia secara lebih dalam.
Singkatnya,
roman ini menceritakan perjalanan hidup, keadaan kejiwaan, serta perilaku tokoh
berdasarkan tinjauan psikologi atau ilmu yang pembelajari tentang kejiwaan.
Salah
satu contoh roman psikologi adalah roman ‘Atheis’ karya Achadiat Karta Miharja.
Roman
ini menceritakan tentang bagaimana pemikiran dan tanggapan dari tokoh bernama
Hasan, yang merupakan penganut islam yang taat, dalam menanggapi pemikiran dan
perilaku tokoh Rushi, Anwar, dan Tini, di mana ketiga tokoh tersebut memiliki
paham Marxisme.
Di
dalam roman ‘Atheis’ perkembangan jiwa tokoh Hasan dan segala konflik batin
yang dialaminya digambarkan secara jelas oleh sang penulis.
Contoh
lain roman psikologi adalah roman ‘Katak Hendak Jadi Lembu’ karya Nur Sutan
Iskandar.
d. Roman
Percintaan (Liebes Roman)
Wilpert
(1989) mengemukakan pendapatnya jika roman percintaan merupakan roman yang yang
mengangkat kisah percintaan pada zaman romantic sebagai tema utama dalam roman
ini.
Roman
percintaan dianggap sebagai salah satu roman jenis roman yang digemari
pembacanya oleh kaum wanita.
Roman
jenis ini biasanya banyak menceritakan tentang sisi kepahlawanan seorang wanita
dengan gaya bahasa yang tidak serius serta biasanya memiliki akhir cerita yang
bahagia dan kurang realistis.
Contoh
roman jenis ini antara lain roman ‘Gadis Empat Zaman’ karya Salkha serta roman
‘Medan di Waktu Malam’ karya O. M. Taufik.
e. Roman
Hiburan (Unterhaltungs Roman)
Roman
hiburan merupakan roman yang ditulis dengan tujuan memberikan hiburan kepada
pembacanya.
Gaya
penulisan pada roman jenis ini dibuat ringan dan memudahkan pembaca untuk
memahaminya.
Roman
jenis ini tidak mengangkat cerita yang terlalu serius dan berat, serta tidak
bercerita tentang perselisihan yang mendalam dengan permasalahan yang
mengharukan.
Akhir
cerita roman jenis ini biasanya berakhir bahagia.
f. Roman
Anak dan Remaja (Kinder- und Jugend Roman)
Menurut
Groschenek (1979), roman jenis ini secara khusus ditujukan bagi pembaca
anak-anak dan remaja.
Roman
jenis ini biasanya memiliki aspek hiburan serta memiliki masuk untuk mengajar
atau mendidik serta menanamkan nilai nilai tertentu kepada pembacanya.
Roman
anak dan remaja umumnya dilengkapi dengan gambaran atau lukisan, dengan
maksud agar pembaca lebih mudah menangkap isi cerita yang ada dalam roman
tersebut.
Kata-kata
atau kalimat yang terdapat pada roman jenis ini disesuaikan dengan psikologi
pembacanya, yaitu anak dan remaja yang menjadi sasaran utamanya.
Contoh
roman anak anak antara lain ‘Si Jamin dan Si Johan’ karya Merari Siregar serta
‘Si Dul Anak Jakarta’ karya Aman.
Sedangkan
contoh roman remaja antara lain ‘Pertemuan Jodoh’ karya Abdul Muis serta roman
‘Asmara Jaya’ karya Adinegoro.
g. Roman
Pendidikan (Bildungs Roman)
Mengacu
pada pendapat Dilthey (1989), Roman pendidikan memiliki tema dan isi cerita,
yang menjadikan tokoh utama sebagai fokus ceritanya adalah perkembangan
pendidikan.
Dalam
ruang lingkup roman pendidikan, istilah pendidikan mengacu pada istilah
‘vollenderer humanitat’ atau ‘kemanusiaan yang sempurna’.
Selain
perkembangan pendidikan tokohnya, roman jenis ini juga bercerita tentang
perkembangan kejiwaan dan karakter manusia.
Contoh
dari roman jenis ini antara lain ‘Neraka Dunia’ karya Nur Sutan Iskandar serta
roman ‘Salah Asuhan’ karya Abdul Muis.
D. Contoh Roman
Berikut
ini beberapa contoh roman :
Pergumulan
Dua Akhlak
Oleh Gayatri
Oleh Gayatri
Ayahnya
memberi nama Fadli. Pemuda yang tumbuh menjadi anak yang pandai mengaji dan
hampir tidak pernah keluar rumah. Ya, Fadli adalah anak satu-satunya dari
keluarga Seno Soedarman. Seorang pemilik perkebunan sawit di Kalimantan bagian
Tengah.
Namanya
tersohor sebagai seorang pengusaha kaya yang sukses, baik dalam membina
usahanya, maupun keluarganya. Pak Seno, begitu Ia akrab disapa. Tidak ingin
anak semata wayangnya terjerumus pada kehidupan masa remaja yang salah.
Dari
kecil Fadli dididik menjadi pemuda soleh yang selalu patuh pada orang tuanya.
Tidak hanya itu, Fadli bahkan lebih memilih untuk mondok disebuah pesantren
sambil tetap bersekolah. Cita-citanya sederhana, menjadi guru agama.
Suatu
hari kedua orang tua Fadli menyiapkan acara syukuran untuk menyambut Fadli yang
sudah lulus kuliah di pesantren dan berencana untuk mengajar di salah satu
pondok di desanya. Fadli yang datang dengan raut bahagia memeluk kedua orang
tuanya tanda rindu yang selama ini Ia pendam.
Akhirnya,
keluarga kecil tersebut dapat bersatu kembali. Kali ini Fadli berjanji untuk
membahagiakan dan meneruskan usaha orang tuanya.
Fadli
memang pemuda yang pandai. Namun, dirinya tidak menyadari bahwa kepandaian juga
diukur dari tingkat pengalaman terhadap lingkungan. Lingkungan di pesantren
yang sangat dijaga, jauh berbeda dengan lingkungannya sekarang yang serba bebas
dan terbuka.
Beberapa
kawan seangkatan Fadli bahkan sudah banyak yang terjerumus pada pergaulan
bebas. Fadli yang lugu dan polos tidak mengerti bahwa ancaman akhlak bisa
datang dari mana saja.
Menikmati
waktu mengajarnya, Fadli mulai mengenal lawan jenis yang berbeda dengan
masa-masa dia di pesantren. Perempuan di tempatnya mengajar sudah berbeda dari
penampilan dan cara berkomunikasi. Fadli sempat heran dengan kenyataan disana
bahwa tidak semua perempuan menutupi auratnya meski seorang muslim.
Fadli
mulai melihat fakta bahwa kehidupan yang bebas sepertinya lebih membahagiakan
bagi mereka yang menjalaninya. Suatu ketika Fadli bertemu dengan teman masa
kecilnya dulu. Sifa namanya. Sifa adalah seorang pegawai bank yang baru saja
tamat kuliah.
Berbeda
dengan Fadli, Sifa lebih terlihat supel dan mudah bergaul meskipun dengan lawan
jenis. Fadli melihat Sifa dari cara pandang yang sudah tidak seperti dulu lagi.
Fadli jatuh hati pada teman masa kecilnya itu.
Sedikit
demi sedikit keduanya pun dekat dan memutuskan untuk menjalin hubungan. Fadli
bahkan ingin segera menjadikan Sifa sebagai istri karena menurut Islam hal
tersebut jauh lebih baik dari pada lama-lama berpacaran.
Fadli
melamar Sifa pada suatu malam yang sudah Ia persiapkan dengan berbagai hidangan
makan malam di sebuah rumah makan. Sifa yang melihat Fadli dengan kasihan
akhirnya memutuskan untuk menerima pinangan itu meski dirinya telah memiliki
seorang kekasih.
Fadli
tidak mengetahui jikalau Sifa dan Sultan sudah berpacaran jauh sebelum Fadli
kembali dari pesantren. Hanya saja Sifa menunggu saat untuk Sultan kembali dari
tugasnya di kapal pesiar. Sementara Sifa dengan keresahannya. Fadli justru
tengah berbahagia menyiapkan hari pernikahannya.
Hari
berganti hari dan tibalah saatnya esok adalah hari pernikahan keduanya. Tinggal
beberapa jam saja, Sifa akan sah menjadi menantu pengusaha perkebunan terkaya.
Namun, kenyataan pahit justru diterima Fadli dan keluarganya.
Tanpa
diduga malam sebelum pernikahan berlangsung, Fadli mendapat kabar bahwa Sifa
memutuskan untuk membatalkan pernikahan tersebut secara sepihak. Yang lebih
menyakitkan bagi Fadli adalah berita kaburnya Sifa dengan pemuda kapal pesiar
yang belakangan diketahui sebagai kekasih Sifa.
Terjadi
perubahan yang cukup besar dalam diri Fadli. Dirinya mulai sering marah-marah
dan berkata kasar pada orang tuanya. Tidak hanya itu, Fadli bahkan berani
membantah omongan Ayahnya yang dulu tidak pernah dia lakukan.
Semua
itu kemungkinan besar berasal dari peristiwa gagalnya pernikahan dengan wanita
yang dicintainya. Sifa sudah tidak lagi berkabar dan menghilang entah kemana,
keluarganya pun tidak tahu kemana putri sulung mereka pergi.
Fadli
mulai bergaul dengan beberapa preman bahkan ikut serta jika ada acara
minum-minum di balai dusun. Kedua orang tuanya tidak berani memarahi Fadli
karena takut dipukul seperti beberapa hari sebelumnya.
Fadli
bahkan mulai berani mengajak gadis-gadis yang bekerja di karaoke kerumahnya.
Kedua orang tua Fadli terpaksa tega mengusirnya karena tidak tahan melihat
prilaku putranya itu. Fadli semakin beringas dan memutuskan untuk pergi dari
rumahnya tanpa mengakui lagi Pak Seno sebagai ayah kandungnya.
Hidup
Fadli terlunta di luar sana. Dirinya hanya mengandalkan uang dari hasil memeras
beberapa pedagang di pasar tempatnya sering berkumpul bersama teman-teman
premannya. Fadli bahkan sering terlihat tidur di kolong meja dimana meja
tersebut digunakan untuk berjualan pada keesokan harinya.
Beberapa
pedagang yang tidak menyukainya melaporkan pemerasan yang dilakukan oleh
kelompok Fadli agar mereka jera. Fadli dicari oleh petugas kepolisian yang
menangani kasus preman di pasar-pasar tradisional.
Sampai
pada suatu pagi Fadli kepergok sedang memeras pedagang sayur di sebuah gang
sempit dekat pasar. Petugas yang mengetahui tindakan tersebut segera mengejar
Fadli. Fadli berlari dengan kencangnya hingga tanpa disadari dia menyeberang
tanpa melihat kanan dan kiri.
Sebuah
truk bermuatan karung beras menabrak Fadli yang seketika meninggal di lokasi.
Petugas yang menangani kasus tersebut mengabarkan kepada Pak Seno beserta
istrinya. Betapa terpukul hati kedua orang tuanya saat tahu kondisi Fadli. Namun,
mereka dengan ikhlas memaafkan sopir truk tanpa menuntut apapun, ikhlas
memaafkan anak mereka Fadli.
Fadli
hanya salah menyikapi kenyataan. Pergaulan yang diperolehnya dulu di pesantren
hanya dijadikan sebagai tontonan dan bukan sebagai perbaikan iman. Fadli seolah
merasa merana seorang diri. Dirinya tidak menyadari bahwa kesedihan yang
dialaminya itu tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan luasnya lautan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar