Jumat, 31 Juli 2020

Puisi : Guru Tua

Guru Tua

Salohot Nasution

guru tua

 

Tubuh itu kini telah renta dimakan usia

Namun semangat mengabdinya masih menyala

Setiap hari ia tebar ilmu pengetahuan kepada muridnya

Menghabiskan sisa usia, menjadi guru mulia

 

Ketika muda ia turut serta bergerilya

Mengangkat senjata mengusir penjajah, meraih merdeka

Mengorbankan segala harta yang ia punya

Sekalipun itu harus berpisah nyawa dengan raga

 

Setelah kemerdekaan berhasil digenggam negeri ini

Ia memilih mengajar sebagai jalan berbakti

Menjalani hidup sederhana tanpa mengharapkan materi

Menghidupi keluarga dengan mengolah tanah, menjadi petani

 

Ia abaikan godaan sertifikasi yang menari-nari

Kebahagiaannya bukan pada banyaknya materi

Melainkan pada keberhasilan muridnya meraih mimpi

Semua pengorbanan dan pengabdiannya lahir dari nasionalisme murni

 

Aceh Timur, 24 Juli 2020

 

Puisi di atas masuk Juara Favorit dalam Event Cipta Puisi Abiezhian 2 dengan tema Nasionalisme yang diselenggarakan oleh Abiezhian ( @abiezhian) pada tanggal 27 Juli 2020

juara favorit

 


Senin, 27 Juli 2020

Cerita Anak : Tangan Kanan



Tangan Kanan





Ramlan murid kelas 4 SD, ia bersekolah di SD Merah Putih. Sejak dari kelas 1 sampai ia kelas 4, tidak ada yang mau berteman dengannya. Alasannya karena menurut mereka Ramlan bau, selain itu Ramlan juga memiliki cacat tubuh. Ia tidak memiliki tangan sebelah kanan. Bila dibandingkan dengan orang normal, tangannya hanya sebatas siku.

Bau Ramlan sebenarnya berasal dari oli. Sepulang sekolah ia membantu Ayahnya kerja di bengkel. Walaupun tangannya hanya sebelah tapi Ramlan anak yang rajin membantu orang tua. Ketika bekerja membantu orang tuanya kadangkala Ramlan memegang oli. Karena ia masih kecil, ia belum bisa mencuci bekas-bekas oli itu dengan baik, sementara Ibunya sibuk mengurus ketiga adiknya yang masih kecil. Itulah sebabnya kadang-kadang ia bau oli.

Sedangkan tangan kanannya yang tidak ada, dikarenakan cacat bawaan sejak lahir. Memiliki hanya tangan sebelah kiri, membuat teman-temannya menjauhi dia. Kata mereka Ramlan tidak asyik diajak main. Tidak punya teman membuatnya sedih, tapi ia rajin berdoa semoga Tuhan memberikannya teman yang baik untuknya.

Sepertinya doa Ramlan dikabulkan oleh Tuhan. Hari itu kelas 4 kedatangan murid baru, namanya Rafli. Karena hanya bangku yang disamping Ramlan yang kosong, Rafli menjadi teman sebangku Ramlan. Sejak itu Ramlan dan Rafli bersahabat, mereka selalu bersama ketika pergi sekolah maupun pulang sekolah.

Sejak berteman dengan Rafli, Ramlan sangat senang sekali. Rafli anak yang lumayan pintar, mereka sering belajar bersama. Kadangkala di rumah Rafli, kadangkala di rumah Ramlan, kadangkala di bengkel tempat Ramlan bekerja. Selain pintar, Rafli juga berani dan bisa bela diri.

Pernah waktu itu geng tiga sekawan, Jamal, Riki, dan Harun mengganggu Ramlan. Mereka marah karena Ramlan tidak memberikan PR matematikanya kepada mereka, akhirnya mereka dihukum berdiri selama pelajaran matematika berlangsung, karena tidak mengerjakan PR. Sepulang sekolah mereka menghadang Ramlan dan Rafli yang pulang bersama.

Mereka bertiga ingin memukul Ramlan, karena Rafli ada disitu, Rafli tidak tinggal diam. Katiga anak itu dihajarnya dengan ilmu bela diri yang ia kuasai, walaupun tubuh ketiga anak bandel itu lebih besar darinya. Ketiganya lari terbirit-birit begitu kena pukulan dan tendangan Rafli. Sejak itulah katiga anak itu tidak berani lagi mengganggu Ramlan.

Sebenarnya Rafli juga senang berteman dengan Ramlan. Dari Ramlan ia mendapat pelajaran untuk selalu bersyukur walaupun dalam keadaan kekurangan. Selalu rajin membantu orang tua, walaupun dalam keadaan lelah setelah pulang sekolah. Diam-diam ia mengagumi semangat juang sahabatnya itu.

Walaupun Rafli anak orang berada, ia tak pernah gengsi. Bahkan ia senang membantu Ramlan di bengkel. Jika pelanggan sepi, mereka belajar bersama. Jika pelanggan ramai, mereka saling bekerja sama. Dengan adanya Rafli yang sering membantu Ramlan, seolah-olah ia memiliki kedua tangan yang sempurna. Ia menyebut sahabatnya itu “Tangan Kanan”.

Kebersamaan keduanya berlangsung hingga mereka SMP. Setelah SMP keduanya harus berpisah. Ramlan tidak meneruskan sekolahnya, ia memilih membantu Ayahnya karena adik-adiknya sudah mulai masuk sekolah, jadi butuh banyak biaya. Sedangkan Rafli meneruskan sekolahnya ke SMA di kota.

Walaupun mereka berjauhan, mereka saling berkirim kabar. Rafli menceritakan bagaimana suka duka belajar di SMA dan jauh dari orang tua, sedangkan Ramlan menceritakan situasi yang ia alami di bengkelnya. Saat ini bengkelnya sudah banyak pelanggan, oleh karena itu kadangkala ia harus pulang larut malam. Banyaknya pekerjaan tidak bisa diselesaikan dengan cepat karena ia hanya memiliki sebelah tangan, sedangkan menambah orang kerja mengurangi penghasilan.

Pernah Ramlan sakit selama seminggu, kata dokter karena ia kelelahan. Mendengar sahabatnya sakit, Rafli sangat sedih sekali. Ia teringat ketika ia sakit terkena Demam Berdarah, selama dua minggu ia harus menginap di rumah sakit. Selama dua minggu itu pula Ramlan tidur di rumah sakit menemaninya.

Ia lalu berpikir bagaimana caranya agar bisa membantu Ramlan. Setelah berpikir keras, akhirnya ia menemukan ide untuk membantu sahabatnya itu. Ia akan membuat tangan palsu yang menyerupai tangan asli. Untuk mengerjakan idenya tersebut, Rafli bekerja sama dengan beberapa temannya. Setelah menempuh waktu beberapa bulan selesailah tangan palsu itu, kini saatnya memberikannya kepada Ramlan.

Ketika libur sekolah, Rafli pulang menemui orang tuanya sekaligus memberikan hadiah untuk sahabatnya. Ia datang ke rumah Ramlan ketika sahabatnya itu baru pulang kerja.

Rafli : “Ramlan, aku tidak bisa selamanya menjadi tangan kananmu, oleh karena itu ini keberikan untukmu sebuah tangan, mudah-mudahan bisa bermanfaat untukmu”

Ramlan lalu membuka bungkusan tangan itu, lalu dengan sedikit tergesa ia mencoba tangan kanan pemberian Rafli. Ia sangat senang sekali, tangan itu berfungsi dengan baik layaknya tangan asli. Ia lalu memeluk Rafli.

Ramlan : “Terima kasih banyak, sahabatku”

Rafli : “Sama-sama, sahabatku”

Tiba-tiba Ramlan melepas pelukannya, lalu bertanya dengan wajah yang sangat serius kepada Rafli

Ramlan : “Tapi bukan berarti persahabatan kita sampai di sini kan?”

Rafli : Sambil tersenyum, “bukan, persahabatan kita abadi selama matahari masih menyinari bumi”

Keduanya lalu berpelukan kembali.

Setelah dewasa mereka berdua menjadi orang yang sukses. Ramlan berhasil mengembangkan bengkel peninggalan orang tuanya, sedangkan Rafli berhasil menjadi pengusaha tangan palsu. Kadangkala mereka mengadakan acara amal, membagikan tangan palsu bagi orang yang membutuhkan secara gratis.


Cerita ini diikutsertakan dalam Lomba Karya Tulis Cerita Anak yang diselenggarakan oleh Partai Golkar Jawa Timur (@golkarjatim) pada tanggal 24 Juli 2020

Sabtu, 25 Juli 2020

Puisi : Rumah Tempat Kembali

Rumah Tempat Kembali

Karya : Salohot Nasution

rumah tempat kembali

 

Ketika amarah menguasai diri

Ia bantah kedua orang tua yang sedang menasihati

“Aku akan pergi, aku ingin hidup mandiri”

Lalu ia kepakkan sayapnya terbang tinggi

Jumat, 24 Juli 2020

Quote Menuntut Ilmu

 

quote menuntut ilmu

Semangat menuntut ilmu kunci memenangkan persaingan agar diri tidak dipecundangi kemajuan zaman

 

Quote tersebut diikutsertakan dalam Sayembara 100 Quote Terbaik Tema Semangat Menuntut Ilmu yang diselenggarakan oleh Gyfra Publishing tanggal 17 Juli 2020

Kamis, 23 Juli 2020

Puisi : Harapan Bocah Penjual Koran

Harapan Bocah Penjual Koran

Karya : Salohot Nasution

 

harapan bocah penjual koran

 

Dipagi buta yang masih menyisakan gelap

Diantara jutaan pasang mata yang masih terlelap

Engkau bangun untuk mempersiapkan diri

Menjajakan koran yang terbit hari ini

Selasa, 21 Juli 2020

Puisi : Bunga Mawar

Bunga Mawar

Karya : Salohot Nasution

 

bunga mawar

 

Pada warna engkau kabarkan keindahan

Memikat hati, mengalihkan pandangan

Pada warna engkau kabarkan indahnya ciptaan

Yang menggiring insan kepada keagungan Tuhan

Sabtu, 18 Juli 2020

Puisi : Rindu Omelan Ibu

Rindu Omelan Ibu

Karya : Salohot Nasution

rindu omelan ibu

 

Lima tahun yang lalu aku berlalu

Pergi meninggalkan rumah karena sendu

Merasa jengkel mendengar omelan ibu

Yang tak jemu mengingatkan jangan buang-buang waktu

Rabu, 15 Juli 2020

Puisi : Cinta Memberi Warna

Cinta Memberi Warna

Karya : Salohot Nasution

cinta memberi warna

 

Aku berdiri di jendela kaca

Menatap hujan yang tak kunjung reda

Butiran air hujan yang menempel di kaca

Berlahan turun laksana tetesan air mata

Senin, 13 Juli 2020

Puisi : Umat Muhammad SAW

Umat Muhammad SAW

Karya : Salohot Nasution

umat muhammad SAW
 

 

Dalam keresahan dan kebimbangan

Kerasnya himpitan beban kehidupan

Menggiring ke jurang keputusasaan

Aku picik dalam memandang kehidupan

Sabtu, 11 Juli 2020

Puisi : Kisah Cinta Langit dan Samudera

Kisah Cinta Langit dan Samudera

Karya : Salohot Nasution

kisah cinta langit dan samudera

 

 

Engkau adalah langit

Indah dalam pandangan

Namun tak terjangkau tangan

Bersembunyi dibalik awan

Puisi : Raga Yang Hilang

Raga Yang Hilang

Karya : Salohot Nasution

 

raga yang hilang

 

Tak ada lagi sapa selamat pagi

Sapamu membuka hari

Memberi dorongan energi

Untuk berkarya lebih baik lagi

 

Tak ada lagi sapa selamat siang

Sapamu menemani santap siang

Membangkitkan gairah bergelora

Setelah tubuh lelah bekerja

 

Tak ada lagi sapa selamat malam

Pengantar sebelum tidur malam

Menghadirkan mimpi dimasa depan

Berdua kita mengarungi kehidupan

 

Sejak ragamu menghilang

Aku berteman bayang-bayang

Hidup bersama kenangan

Yang tak ingin kulupakan

 

Aceh Timur, 5 Juli 2020

 

Puisi di atas diikutsertakan dalam Sayembara Cipta Puisi Tingkat Nasional dengan tema Hilang yang diselenggarakan oleh Inku Media ( @inkumedia) pada tanggal 5 Juli 2020


Rabu, 08 Juli 2020

Puisi : Sekeping Rindu

Sekeping Rindu

Karya : Salohot Nasution

 

sekeping rindu

 

Dengar angin yang mengusik batang padi

Disaat bumi mengeringkan diri

Tanaman berbisik lirih di sawah petani

Mengutuk tanah yang kerontang kini

Senin, 06 Juli 2020

Puisi : Mencapai Tujuan

Mencapai Tujuan

Karya : Salohot Nasution

 

mencapai tujuan

 

Langkah-langkah kaki yang membekas dijalan

Akan selalu bercerita panjangnya perjuangan

Dalam sengatan terik dan basahnya hujan

Perih dan lelah tak dihiraukan

Sabtu, 04 Juli 2020

Puisi : Cinta Yang Rapuh

Cinta Yang Rapuh

Karya : Salohot Nasution

 

cinta yang rapuh

 

Tiga bulan yang lalu

Dua hati menjadi satu

Merenda hari-hari bahagia

Dalam balutan romansa

 

Kala pagi menghampiri

Dari matamu engkau nyalakan api

Kala tiba kelamnya malam

Dimataku nyala apimu padam

 

Hari ini dan seterusnya

Sendirian kembali melanda

Sebuah keputusan telah ditetapkan

Jalan terbaik adalah perpisahan

 

Aku tak menyesali perpisahan ini

Pernah memilikimu kebanggaan bagiku

Namun yang kusesali dari semua ini

Betapa rapuhnya cintamu

 

Aceh Timur, 26 Juni 2020

 

Puisi di atas diikutsertakan dalam Lomba Menulis Puisi yang diselenggarakan oleh Ciper Publishing ( @ciperpublishing18) pada tanggal 30 Juni 2020

 

 


Rabu, 01 Juli 2020

Puisi : Hujan Dibulan Juni Membawa Tragedi

Hujan Dibulan Juni Membawa Tragedi

Karya : Salohot Nasution

hujan dibulan juni membawa tragedi

 

 

Derasnya hujan dipagi hari

Menerbitkan harap didada para petani

Kini ladangnya tidak kerontang lagi

Benih tanaman akan segera bersemi

Puisi : Buku Dari Sahabat

Buku Dari Sahabat

Karya : Salohot Nasution

 

buku dari sahabat

 

Engkau beri aku sebuah buku

Tebal, tak bersampul dan diliputi debu

Dengan buku itu aku mengenal kehidupan

Dan mengatasi berbagai persoalan

PEDIH

  Ia ceritakan kepada malam Sebuah kisah yang kelam Ketika hati menjadi ulam Mengenang cinta yang suram   Ia ceritakan kepada bint...