Senin, 27 Juli 2020

Cerita Anak : Tangan Kanan



Tangan Kanan





Ramlan murid kelas 4 SD, ia bersekolah di SD Merah Putih. Sejak dari kelas 1 sampai ia kelas 4, tidak ada yang mau berteman dengannya. Alasannya karena menurut mereka Ramlan bau, selain itu Ramlan juga memiliki cacat tubuh. Ia tidak memiliki tangan sebelah kanan. Bila dibandingkan dengan orang normal, tangannya hanya sebatas siku.

Bau Ramlan sebenarnya berasal dari oli. Sepulang sekolah ia membantu Ayahnya kerja di bengkel. Walaupun tangannya hanya sebelah tapi Ramlan anak yang rajin membantu orang tua. Ketika bekerja membantu orang tuanya kadangkala Ramlan memegang oli. Karena ia masih kecil, ia belum bisa mencuci bekas-bekas oli itu dengan baik, sementara Ibunya sibuk mengurus ketiga adiknya yang masih kecil. Itulah sebabnya kadang-kadang ia bau oli.

Sedangkan tangan kanannya yang tidak ada, dikarenakan cacat bawaan sejak lahir. Memiliki hanya tangan sebelah kiri, membuat teman-temannya menjauhi dia. Kata mereka Ramlan tidak asyik diajak main. Tidak punya teman membuatnya sedih, tapi ia rajin berdoa semoga Tuhan memberikannya teman yang baik untuknya.

Sepertinya doa Ramlan dikabulkan oleh Tuhan. Hari itu kelas 4 kedatangan murid baru, namanya Rafli. Karena hanya bangku yang disamping Ramlan yang kosong, Rafli menjadi teman sebangku Ramlan. Sejak itu Ramlan dan Rafli bersahabat, mereka selalu bersama ketika pergi sekolah maupun pulang sekolah.

Sejak berteman dengan Rafli, Ramlan sangat senang sekali. Rafli anak yang lumayan pintar, mereka sering belajar bersama. Kadangkala di rumah Rafli, kadangkala di rumah Ramlan, kadangkala di bengkel tempat Ramlan bekerja. Selain pintar, Rafli juga berani dan bisa bela diri.

Pernah waktu itu geng tiga sekawan, Jamal, Riki, dan Harun mengganggu Ramlan. Mereka marah karena Ramlan tidak memberikan PR matematikanya kepada mereka, akhirnya mereka dihukum berdiri selama pelajaran matematika berlangsung, karena tidak mengerjakan PR. Sepulang sekolah mereka menghadang Ramlan dan Rafli yang pulang bersama.

Mereka bertiga ingin memukul Ramlan, karena Rafli ada disitu, Rafli tidak tinggal diam. Katiga anak itu dihajarnya dengan ilmu bela diri yang ia kuasai, walaupun tubuh ketiga anak bandel itu lebih besar darinya. Ketiganya lari terbirit-birit begitu kena pukulan dan tendangan Rafli. Sejak itulah katiga anak itu tidak berani lagi mengganggu Ramlan.

Sebenarnya Rafli juga senang berteman dengan Ramlan. Dari Ramlan ia mendapat pelajaran untuk selalu bersyukur walaupun dalam keadaan kekurangan. Selalu rajin membantu orang tua, walaupun dalam keadaan lelah setelah pulang sekolah. Diam-diam ia mengagumi semangat juang sahabatnya itu.

Walaupun Rafli anak orang berada, ia tak pernah gengsi. Bahkan ia senang membantu Ramlan di bengkel. Jika pelanggan sepi, mereka belajar bersama. Jika pelanggan ramai, mereka saling bekerja sama. Dengan adanya Rafli yang sering membantu Ramlan, seolah-olah ia memiliki kedua tangan yang sempurna. Ia menyebut sahabatnya itu “Tangan Kanan”.

Kebersamaan keduanya berlangsung hingga mereka SMP. Setelah SMP keduanya harus berpisah. Ramlan tidak meneruskan sekolahnya, ia memilih membantu Ayahnya karena adik-adiknya sudah mulai masuk sekolah, jadi butuh banyak biaya. Sedangkan Rafli meneruskan sekolahnya ke SMA di kota.

Walaupun mereka berjauhan, mereka saling berkirim kabar. Rafli menceritakan bagaimana suka duka belajar di SMA dan jauh dari orang tua, sedangkan Ramlan menceritakan situasi yang ia alami di bengkelnya. Saat ini bengkelnya sudah banyak pelanggan, oleh karena itu kadangkala ia harus pulang larut malam. Banyaknya pekerjaan tidak bisa diselesaikan dengan cepat karena ia hanya memiliki sebelah tangan, sedangkan menambah orang kerja mengurangi penghasilan.

Pernah Ramlan sakit selama seminggu, kata dokter karena ia kelelahan. Mendengar sahabatnya sakit, Rafli sangat sedih sekali. Ia teringat ketika ia sakit terkena Demam Berdarah, selama dua minggu ia harus menginap di rumah sakit. Selama dua minggu itu pula Ramlan tidur di rumah sakit menemaninya.

Ia lalu berpikir bagaimana caranya agar bisa membantu Ramlan. Setelah berpikir keras, akhirnya ia menemukan ide untuk membantu sahabatnya itu. Ia akan membuat tangan palsu yang menyerupai tangan asli. Untuk mengerjakan idenya tersebut, Rafli bekerja sama dengan beberapa temannya. Setelah menempuh waktu beberapa bulan selesailah tangan palsu itu, kini saatnya memberikannya kepada Ramlan.

Ketika libur sekolah, Rafli pulang menemui orang tuanya sekaligus memberikan hadiah untuk sahabatnya. Ia datang ke rumah Ramlan ketika sahabatnya itu baru pulang kerja.

Rafli : “Ramlan, aku tidak bisa selamanya menjadi tangan kananmu, oleh karena itu ini keberikan untukmu sebuah tangan, mudah-mudahan bisa bermanfaat untukmu”

Ramlan lalu membuka bungkusan tangan itu, lalu dengan sedikit tergesa ia mencoba tangan kanan pemberian Rafli. Ia sangat senang sekali, tangan itu berfungsi dengan baik layaknya tangan asli. Ia lalu memeluk Rafli.

Ramlan : “Terima kasih banyak, sahabatku”

Rafli : “Sama-sama, sahabatku”

Tiba-tiba Ramlan melepas pelukannya, lalu bertanya dengan wajah yang sangat serius kepada Rafli

Ramlan : “Tapi bukan berarti persahabatan kita sampai di sini kan?”

Rafli : Sambil tersenyum, “bukan, persahabatan kita abadi selama matahari masih menyinari bumi”

Keduanya lalu berpelukan kembali.

Setelah dewasa mereka berdua menjadi orang yang sukses. Ramlan berhasil mengembangkan bengkel peninggalan orang tuanya, sedangkan Rafli berhasil menjadi pengusaha tangan palsu. Kadangkala mereka mengadakan acara amal, membagikan tangan palsu bagi orang yang membutuhkan secara gratis.


Cerita ini diikutsertakan dalam Lomba Karya Tulis Cerita Anak yang diselenggarakan oleh Partai Golkar Jawa Timur (@golkarjatim) pada tanggal 24 Juli 2020

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PEDIH

  Ia ceritakan kepada malam Sebuah kisah yang kelam Ketika hati menjadi ulam Mengenang cinta yang suram   Ia ceritakan kepada bint...