Selendang Nawangwulan
Karya : Salohot Nasution
Nawangwulan menangis tersedu
Selendang yang terletak diatas batu
telah hilang
Jaka Tarub datang membantu
Tak terasa waktu begitu cepat berlalu
Mereka dikaruniai seorang bayi lucu
Biduk rumah tangga berjalan dengan mesra
Dalam balutan sebuah rahasia
Jaka Tarub merasa heran dan bimbang
Padi dimasak setiap hari menjadi nasi
Namun lumbung nampak tak berkurang
Terbersit tanya besar dalam hati
Nawangwulan berpesan jangan pernah buka penanak nasi
Penasaran Jaka Tarub semakin menjadi-jadi
Penanak nasi dibuka hanya berisi sebatang padi
Patutlah tak berkurang isi lumbung padi
Nawangwulan kini menyadari
Sebuah janji telah dikhianati
Batang padi tak berubah menjadi nasi
Kesaktiannya telah hilang kini
Setelah isi lumbung padi berkurang
Nampaklah selandang yang dulu hilang
Rasa cinta kepada Jaka Tarub berubah jadi benci
Janji dikhianati, tipu daya juga dijalani
Nawangwulan pamit pergi
Menuju kahyangan tempatnya kembali
Jaka Tarub tak kuasa mencegah
Melepas istri dengan dada yang gundah
Dengan selendangnya Nawangwulan mendapatkan cinta
Dengan selendangnya jua cintanya sirna
Aceh Timur, 30 April 2020
Puisi di atas terpilih sebagai Juara 3 dalam Lomba Cipta Puisi dengan tema
Cerita Dongeng yang diselenggarakan oleh @papyrus_pujangga
Tidak ada komentar:
Posting Komentar