Senin, 18 Mei 2020

Puisi : Selendang Nawangwulan


Selendang Nawangwulan
Karya : Salohot Nasution


selendang nawangwulan


Nawangwulan menangis tersedu
Selendang yang terletak diatas batu telah hilang
Jaka Tarub datang membantu
Dipersunting lalu dibawa pulang

Tak terasa waktu begitu cepat berlalu
Mereka dikaruniai seorang bayi lucu
Biduk rumah tangga berjalan dengan mesra
Dalam balutan sebuah rahasia

Jaka Tarub merasa heran dan bimbang
Padi dimasak setiap hari menjadi nasi
Namun lumbung nampak tak berkurang
Terbersit tanya besar dalam hati

Nawangwulan berpesan jangan pernah buka penanak nasi
Penasaran Jaka Tarub semakin menjadi-jadi
Penanak nasi dibuka hanya berisi sebatang padi
Patutlah tak berkurang isi lumbung padi

Nawangwulan kini menyadari
Sebuah janji telah dikhianati
Batang padi tak berubah menjadi nasi
Kesaktiannya telah hilang kini

Setelah isi lumbung padi berkurang
Nampaklah selandang yang dulu hilang
Rasa cinta kepada Jaka Tarub berubah jadi benci
Janji dikhianati, tipu daya juga dijalani

Nawangwulan pamit pergi
Menuju kahyangan tempatnya kembali
Jaka Tarub tak kuasa mencegah
Melepas istri dengan dada yang gundah

Dengan selendangnya Nawangwulan mendapatkan cinta
Dengan selendangnya jua cintanya sirna

Aceh Timur, 30 April 2020

Puisi di atas terpilih sebagai Juara 3 dalam Lomba Cipta Puisi  dengan tema  Cerita Dongeng yang diselenggarakan oleh @papyrus_pujangga






Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PEDIH

  Ia ceritakan kepada malam Sebuah kisah yang kelam Ketika hati menjadi ulam Mengenang cinta yang suram   Ia ceritakan kepada bint...