A. Pengertian Kritik Sastra
1. H.B.
Jassin
Kritik
sastra adalah pertimbangan baik buruknya suatu hasil karya sastra.
2. William
Flint Thrall dan Addison Hibbard (A Handbook to Literature 1960)
3. Andre
Hardjana (Kritik Sastra: Sebuah Pengantar 1981)
Kritik
sastra adalah sebagai hasil usaha pembaca dalam mencari dan menentukan nilai
hakiki karya sastra lewat pemahaman dan penafsiran sistematik: yang dinyatakan
dalam bentuk tulisan.
4. Gayly
dan Scott (Drs. Liaw Yock Fang, 1970)
Kritik
sastra adalah (1) mencari kesalahan (fault-finding), (2) memuji (to praise),
(3) menilai (to judge), (4) membanding (to compare), dan (5) menikmati (to
appreciate).
5. L.
Duroche (1967)
Kritik
sastra adalah (1) penilaian (evalution), (2) interpretasi (iterpretation),
sebab belum adanya ukuran yang baku, dan ukuran itu tidak dapat disusun, (3)
penilaian dan interpretasi.
6. Stanly
Edgar Huyman
Kritik
adalah Interpreting the work, relating it to literary tradition, evaluating it,
and so on.
Pengertian kritik sastra
di atas pada dasarnya memiliki jalan pikiran yang hampir sama, perbedaaanya
hanyalah terletak pada graduasi belaka.
Maka
dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa kritik sastra adalah upaya
menentukan nilai hakiki karya sastra dalam bentuk memberi pujian, mengatakan
kesalahan, memberi pertimbangan lewat pemahaman dan penafsiran yang sistematik.
B. Jenis-Jenis Kritik Sastra
Jenis – jenis kritik sastra antara lain :
1.
Kritik Judisial
Yaitu suatu kritik yang mengemukakan suatu penilaian atau
penghakiman terhadap suatu karya sastra, lalu menghubungkannya dengan
norma-norma teknik penulisan atau standar tujuan penulisan karya tersebut.
Rene Wellek dan Austin menegaskan bahwa kritik yudisial
menaruh perhatian pada hukum-hukum/ prinsip yang dianggap sebagai suatu yang
objektif.
Dalam kritik yudisial, karya sastra yang menjadi objek
kajian lebih dispesialisasikan tapi dengan penjelasan yang seluas mungkin.
Di sini dituntut pengklasifikasian yang lebih terperinci dan
tajam terhadap para pengarang dan karyanya.
2.
Kritik Induktif
Kritik Induktif adalah jenis kritk sastra yang bertujuan
mengumpulkan fakta-fakta yang ada hubungan dengan suatu karya seni, metode,
waktu penciptaan, dan menyusunnya menjadi susunan yang rapi serta melukiskannya
dengan teratur.
Ini sesuai dengan metode induksi yang mengambil kesimpulan
umum dari fakta-fakta yang khusus.
3. Kritik
Impresionistik
Yaitu kritik sastra yang muncul sebagai produksi dari aliran
individualisme romantik dan kesadaran akan diri yang lebih modern.
Kritik ini menghubungkan pengalaman si penulis dengan
karyanya.
Sebaiknya, seorang kritikus mempunyai gaya yang bisa membuat
hati pembaca terpikat dalam kedudukannya sebagai pembimbing juga penghubung
antara pembaca dan karya sastra.
4.
Kritik Historis
Jenis kritik sastra yang mengikuti segala sesuatu yang
terjadi atas suatu bentuk sastra dalam periode sejarah sastra.
Juga dengan pengelompokan masa seorang pengarang.
Setiap karya sastra harus diteliti dan ditelaah dengan
hal-hal yang berhubungan dengan karya sastra tersebut.
Hal-hal yang dapat menjadi bahan acuan antara lain: naskah,
bahasa dan komposisi karya sastra, serta perbandingan karya sang pengarang
dengan teman-teman seangkatannya,.
Seorang kritikus harus paham bahwa karya sastra merupakan
refleksi pengarang pada kehidupan dan kebudayaannya
Pengelompokan
jenis karya sastra tersebut serta hubungannya dengan karya yang sejenis.
Butir –butir penting yang aberhubungan dengan kritik
historis yakni :
a. Dalam menggarap bahasa suatu karya sastra, sang kritikus
histories dapat mempertimbangkan dua hal yaitu:
1) Mengembalikan para pembaca masa kini pada keadaan bahasa
pada saat karya tersebut ditulis.
2) Memandang bahasa itu sebagai suatu media komunikasi pada
saat itu.
b. Keterangan – keterangan berupa riwayat hidup merupakan jenis
data yang bernilai dan amat berharga bagi kritikus histories.
c. Berusaha mendapatkan segala korelasi antara kehidupan sang
penulis dan karyanya .
d. Bagi kritikus histories, sastra adalah suara humanitas dan
melalui sastra itu kritikus bukan hanya berhubungan atau menaruh perhatian pada
literacy (kecakapan baca tulis) tetapi juga human literacy (kecakapan baca
tulis masyarakat manusia).
e. Silsilah sastra atau genealogi suatu karya.
f. Sang kritikus histories dalam kritik sastranya berhasrat
memperoleh sukses yang gemilang dalam bidang pemaduan belajar dan penilaian .
5.
Kritik Filosofis
Merupakan jenis kritik sastra yang berusaha untuk
mendapatkan dasar yang paling sesuai bagi penilaian karya sastra melalui
analisis terhadap hakekat dan fungsi sastra sebagai suatu cara berpikir
mengenai kehidupan.
Kritik ini berusaha menentukan prinsip yang digunakan dalam
kritik sastra agar pedoman yang digunakan dalam suatu kritik jelas dan tegas.
6.
Kritik Formalis
Merupakan kritik sastra yang berpedoman pada teori dasar
estetika yang meletakkan tekanan pada bentuk karya sastra, struktur, gaya dan
efek psikologisnya.
Aristoteles adalah pencetusnya, kritik ini bertentangan
dengan teori dari Plato yang menekankan pada aspek isi dan efek moral/sosial.
Kritik formalis disamakan dengan the new criticism, karena
memang dia merupakan suatu kritik yang masih berusia muda., lebih – lebih kalau
dibandingkan dengan kritik –kritik yang lainnya.
7.
Kritik Relativistik
Jenis kritik ini berpedoman pada anggapan relativisme, yaitu
bahwa penilaian terhadap karya sastra terantung pada subjek yang menikmati dan
menilainya.
Hal ini terjadi karena selera individu berbeda-beda, begitu
juga dalam hal menikmati karya sastra sehingga tidak ada yang bersifat mutlak.
Jika pendapat dari seseorang lebih mendominasi akan muncul
suatu teori yang absolut meski tidak disadari.
8.
Kritik Absolutistik
Kritik jenis ini menegaskan bahwa alternative bagi hukum
kritik adalah anarki.
Ketika seorang kritikus memberikan penilaian terhadap suatu
karya yang hadir selanjutnya adalah sebuah kebingungan.
Ini dapat disiasati dengan tetap menggunakan pendapat
masyarakat agar tetap bisa terwujud komunikasi yang baik.
9.
Kritik Interpretatif
Semua jenis kritik sastra bisa digolongkan sebagai jenis
kritik ini karena hakekat kritik sastra sendiri adalah memberikan
interpretasi/penafsiran terhadap suatu karya sastra.
Maka, pengkhususan kritik sastra jenis ini adalah
memperkenalkan standar yang secara relative tidak ada hubungannya dengan orang
atau hal tertentu.
Di sini akan terlihat keterkaitan antara teori, sejarah dan
kritik sastra. Tiada satu ilmu yang dapat berdiri sendiri seratus persen tanpa
bantuan orang lain.
10.
Kritik Tekstual
Merupakan jenis kritik yang terfokus pada teks/ naskah suatu
karya sastra, agar pembaca lebih dekat dengan apa yang ditulis.
Dengan berkembangnya masa, kritik ini ingin menunjukkan
manakah karya yang benar-benar asli dari beberapa versi karya sastra yang
mungkin muncul.
11.
Kritik Linguistik
Jenis Kritik ini menitikberatkan perhatian pada
masalah-masalah kebahasaan dalam karya sastra tersebut agar terhindar dari
salah pengertian baik dari sisi fonologi, morfologi, sintaksis atau semantik.
Ini perlu dilakukan karena setiap bahasa mengalami
perkembangan dalam kurun waktu yang berlainan.
12.
Kritik Biografis
Kritik ini sebenarnya adalah kritik histories yang
wilayahnya dipersempit yaitu khusus pada riwayat hidup pengarang beserta
karyanya.
Tugasnya adalah menentukan hubungan yang signifikan antara
pengarang dan karyanya, asal-usul. Kekuatan yang mendorong atau tujuan konkrit
karya tersebut.
13.
Kritik Komparatif
Banyak hal dalam kritik komparatif yang segar dan menarik
serta memberi harapan
Kritik ini
memperoleh polanya bukan dari kejadian – kejadian yang berhubungan dengan
waktu, tetapi justru dari pengelompokan jenis yang berguna serta gagasan atau
ide yang berpengaruh.
Hal – hal yang dapat diperbandingkan saja yang akan digarap dalam
kritik ini yang diterapkan pada nada, tujuan, dan cara, bahkan penerapan pada
ketiga hal tersebut lebih daripada terhadap pokok masalahnya sendiri.
14.
Kritik Etis
Kritik etis sangat erat hubungannya dengan falsafah,
keyakinan serta agama.
Tanpa adanya pengetahuan yang cukup tentang ketiga hal
tersebut akan membuat penilaian kritik sastra kurang memadai.
Pola pikir seorang kritikus dalam hal-hal tersebut sangat
mempengaruhi bagaimana ia akan menilai suatu karya.
15.
Kritik Perspektif
Kritik ini adalah studi terhadap reputasi sang pengarang
yang tercermin dalam karyanya dan melekat pada hati pembacanya.
Kritik ini berusaha untuk menyelidiki seorang pengarang dari
karya yang dihasilkan, apakah patut menerima penghargaan atau patut diabadikan.
16.
Kritik Pragmatik
Adalah jenis kritik yang mengarahkan perhatiannya pada kebergunaan
ide, ucapan, dalil atau teori yang terdapat dalam suatu karya sastra bagi
masyarakat.
Reputasi pengarang ditentukan oleh bagaimana karyanya bisa
berguna bagi masyarakat.
17.
Kritik Elusidatori (Penjelasan)
Adalah jenis kritik yang sifatnya memberikan penjelasan.
Kritik ini menekankan pada interpretasi arti atau makna karya sastra.
18.
Kritik Praktis
Adalah lawan dari kritik teoritis yang cenderung ilmiah.
Tugas kritikus adalah menentukan atau menilai apakah suatu karya sastra
bernilai praktis bagi masyarakat atau tidak.
Tujuannya sama dengan kritik pragmatis meskipun dengan nama
yang berbeda.
19.
Kritik Baru
Bagi para kritikus aliran kritik baru, tujuan pokok seni
adalah menghasilkan analisis sang kritikus mengenai seni itu sendiri.
Fungsi kritik adalah melatih kritikus lainnya untuk melatih
kritikus yang lain dalam suatu urutan akademik bagi para cendekiawan.
Kecenderungan yang dilakukan para kritikus jenis ini adalah
pemanfaatan sarana-sarana ilmiah, epigraf dan statistik yang tidak begitu
diperhatikan orang saat memberikan kritik sastra.
20.
Kritik Psikologis
Kritik psikologis adalah salah satu jenis kritik sastra yang
mendalami segi-segi kejiwaan suatu karya sastra, yang mencangkup segi-segi
kejiwaan penulis, karya, dan pembaca.
Kita tahu bahwa hubungan antara psikologi dan kritik sastra
adalah sama tuanya dendan usia kedua cabang ilmu tersebut.
Dan yang paling berpengaruh terhada kritik sastra adalah
Sigmund Freud dan psikoanalisisnya.
21.
Kritik Mitopoeik
Kritik Mitopoeik adalah jenis kritik yang menyangkut
penciptaan mitos dalam suatu karya sastra.kritik
Mitopoeik ini adalah kritik yang paling baru dan yang paling
ambisius diantara pendekatan-pendekatan kritik kontemporer dan barang kali juga
yang paling provokatif dalam tindakan-tindakan dan kemungkinannya.
22.
Kritik Sosiokultural
Kritik sosiokultural adalah interpretasi sastra dalam
aspek-aspek sosial ekonomi dan politisinya.
Yang merupakan pokok pada kritik ini adalah interaksi karya
sastra dengan kehidupan dan interaksi ini tidak hanya mencakup implikasi-implikasi
sosial, ekonomi, serta politis karya tersebut, tetapi juga dalam pengertian
yang amat luas, mencakup implikasi-implikasi moral dan kulturalnya.
C. Contoh Kritik Sastra
Berikut
ini contoh kritik saastra :
Katak Hendak Menjadi Lembu
Penulis : Nur Sultan Iskandar
Penerbit : Balai Pustaka
Tahun Terbit :1978
Suria seorang Mantri Kabupaten di Sumedang. Sifatnya sombong, gila hormat, serta suka mementingkan diri sendiri dan pemboros. Sebagai Mantri Kabupaten, gajinya tidak berapa besar, tetapi hidupnya menyamai hidup orang yang berpangkat tinggi. Perabot rumah tangganya mahal-mahal, memelihara beberapa pelayan, dan anak-anaknya disekolahkan di HIS dan MULO.
Penerbit : Balai Pustaka
Tahun Terbit :1978
Suria seorang Mantri Kabupaten di Sumedang. Sifatnya sombong, gila hormat, serta suka mementingkan diri sendiri dan pemboros. Sebagai Mantri Kabupaten, gajinya tidak berapa besar, tetapi hidupnya menyamai hidup orang yang berpangkat tinggi. Perabot rumah tangganya mahal-mahal, memelihara beberapa pelayan, dan anak-anaknya disekolahkan di HIS dan MULO.
Semuanya dapat berjalan hanya karena bantuan ayah
mertua yang kaya, Haji Hasbullah, dan juga karena kaum priayi di Jawa Barat
pada umumnya beroleh kepercayaan kaum pedagang sehingga mereka dapat hidup
dengan membon.
Yang menderita dan menahankan segala kepahitan
tentulah istrinya Zubaedah. Dia yang selalu berhadapan dengan penagih utang,
dia juga yang mendengarkan buah tutur orang-orang yang mencela kesombongan dan
keborosan suaminya.
Dia harus selalu menekan perasaan melihat tingkah laku
Suria yang sering berlawanan dengan keinginannya. Perkenalan Suria dengan Haji
Junaedi, seorang haji kaya yang tidak dikenalnya, yang mulanya dianggapnya
rendah, ternyata membawa akibat buruk baginya. Suria yang pergi berkunjung ke
rumah H. Junaedi melihat anak gadis haji itu, lalu ingin mengawini gadis itu.
Tetapi pinangan Suria yang dilakukannya tanpa
sepengetahuan istrinya ditolak oleh H. Junaedi, malahan anaknya itu
dikawinkannya dengan Kosim, teman sekantor Suria yang amat dibencinya. Suria
benci kepada Kosim karena Kosim tamatan Mulo dan dianggapnya dapat menyaingi
dia dalam kedudukannya di kantor itu. Dugaannya benar karena pangkat klerk yang
diincar-incarnya jatuh ke tangan Kosim.
Kemudian Suria ingin memperistri anak gadis H. Junaedi
dengan maksud kelak dapat mempergunakan kekayaan istrinya untuk menutup
utang-utangnya yang telah melilit tubuh itu. Ini pun gagal dan Kosim pulalah
yang beruntung. Karena kecewa, dia ingin berhenti saja dari jabatannya yang
sekarang. Diam-diam diambilnya uang kas dari kantornya. Perbuatannya ini
ketahuan oleh atasannya.
Untunglah Pak Patih, majikannya, masih mau
menolongnya. Suria disuruhnya mengganti uang yang telah terpakai olehnya itu
dan sesudah itu disuruhnya mengajukan permohonan berhenti saja. Apa boleh buat,
Suria terpaksa menyetujui usul majikannya itu. Suria kemudian melelang
barang-barangnya. Uang yang didapat dari hasil lelang itu sebagian dipakai
pengganti uang kantor yang digelapkannya dan sebagian lagi dipakai melunasi
utang-utangnya.
Dia kemudian diberhentikan dari jabatannya. Karena tak
bekerja lagi, mereka sekeluarga pindah ke Bandung dan menumpang di rumah anak
sulungnya, Abdul Halim, yang ketika itu telah menjadi amtenar. Di rumah
Abdul Halim, Suria mau berkuasa saja. Sikapnya menyakiti perasaan istri dan
anaknya. Lebih-lebih istri A. Halim, menantunya, merasa sangat tertekan
perasaannya oleh pekerti Suria, ayah mertuanya itu.
Segala sesuatu dalam rumah itu diawasi oleh Suria ini
dicela, itu ditegur bila tidak sesuai dengan keinginannya. Nasihat
istrinya supaya dia tidak mencampuri urusan rumah tangga anaknya diabaikannya.
Akhirnya, karena sukatan telah penuh, timbul pertengkaran antara Suria dengan
Abdul Halim. Zubaedah yang terlalu makan hati berulam jantung itu, akhirnya
jatuh sakit dan …….meninggal.
Kematian ibunya itu menyebabkan Abdul Halim mengambil
keputusan menyuruh ayahnya meninggalkan rumah itu. Dengan marah, Suria
turun dari rumah anaknya itu. Tujuannya ialah Jakarta, akan mencari pekerjaan
di sana, tetapi usahanya sia-sia saja. Uang bawaannya habis dan pekerjaan pun
tak dapat. Maklumlah masa itu musim malaise dan “bezuiniging” (penghematan).
Akhirnya kembalilah Suria ke kampungnya, ke desa Rajapolah
di Tasikmalaya. Di sana dia menumpang di rumah bekas pelayan ayahnya, orang
yang dahulu amat direndahkannya dan dianggapnya hina. Tak tahan hidup
dengan batin yang tertekan seperti itu, pada suatu malam, menjelang subuh,
Suria meninggalkan rumah, pergi….pergi dan tak seorang pun yang tahu kemana
tujuannya. Suria telah pergi, pergi dan tak pernah kembali, hilang tak tentu
rimbanya untuk selama-lamanya. Demikianlah akhir hidup Suria yang tragis
itu.
KRITIK SASTRA
A. KELEBIHAN
1) Jalan ceritanya menarik.
2) Cara menggambarkan latar tentang
kehidupan di Jawa Barat sebelum perang dunia ke-2 terasa sangat kental sehingga
seakan-akan pembaca ikut merasakannya.
3) Pengarang menyampaikan pesan
tentang perlunya keseimbangan dalam keuangan, menghargai orang lain dan sindiran
untuk kaum priayi yang selalu hidup dengan membon sehingga selalu boros.
B. KEKURANGAN
1) Komposisi cerita biasa dan
mendatar.
2) Pengarang terasa lebih banyak
berkata-kata dibandingkan buah pikiran dari tokoh sendiri.
3) Bahasanya menggunakan bahasa
melayu dan terlalu banyak menggunakan peribahasa sehingga kurang sesuai dengan
daerah Priangan karena berpepatah hanya kebiasaan orang Melayu.
mau tanya, contohnya yang diatas itu termasuk mengikuti kritik sastra apa ya?
BalasHapus