Sabtu, 23 Juni 2018

22 Jenis Kritik Sastra

kritik sastra

A.  Pengertian Kritik Sastra
Beberapa pengertian kritik sastra yang dikemukakan para ahli di antaranya:
1.   H.B. Jassin
Kritik sastra adalah pertimbangan baik buruknya suatu hasil karya sastra.
2.   William Flint Thrall dan Addison Hibbard (A Handbook to Literature 1960)
Kritik merupakan keterangan, kebenaran analisi atau judgment suatu karya sastra.
3.   Andre Hardjana (Kritik Sastra: Sebuah Pengantar 1981)
Kritik sastra adalah sebagai hasil usaha pembaca dalam mencari dan menentukan nilai hakiki karya sastra lewat pemahaman dan penafsiran sistematik: yang dinyatakan dalam bentuk tulisan.
4.   Gayly dan Scott (Drs. Liaw Yock Fang, 1970)
Kritik sastra adalah (1) mencari kesalahan (fault-finding), (2) memuji (to praise), (3) menilai (to judge), (4) membanding (to compare), dan (5) menikmati (to appreciate).
5.   L. Duroche (1967)
Kritik sastra adalah (1) penilaian (evalution), (2) interpretasi (iterpretation), sebab belum adanya ukuran yang baku, dan ukuran itu tidak dapat disusun, (3) penilaian dan interpretasi.
6.   Stanly Edgar Huyman
Kritik adalah Interpreting the work, relating it to literary tradition, evaluating it, and so on.
Pengertian kritik sastra di atas pada dasarnya memiliki jalan pikiran yang hampir sama, perbedaaanya hanyalah terletak pada graduasi belaka.
Maka dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa kritik sastra adalah upaya menentukan nilai hakiki karya sastra dalam bentuk memberi pujian, mengatakan kesalahan, memberi pertimbangan lewat pemahaman dan penafsiran yang sistematik.

B.  Jenis-Jenis Kritik Sastra
1.   Kritik Judisial
Yaitu suatu kritik yang mengemukakan suatu penilaian atau penghakiman terhadap suatu karya sastra, lalu menghubungkannya dengan norma-norma teknik penulisan atau standar tujuan penulisan karya tersebut.
Rene Wellek dan Austin menegaskan bahwa kritik yudisial menaruh perhatian pada hukum-hukum/ prinsip yang dianggap sebagai suatu yang objektif.
Dalam kritik yudisial, karya sastra yang menjadi objek kajian lebih dispesialisasikan tapi dengan penjelasan yang seluas mungkin.
Di sini dituntut pengklasifikasian yang lebih terperinci dan tajam terhadap para pengarang dan karyanya.

2.   Kritik Induktif
Kritik Induktif adalah jenis kritk sastra yang bertujuan mengumpulkan fakta-fakta yang ada hubungan dengan suatu karya seni, metode, waktu penciptaan, dan menyusunnya menjadi susunan yang rapi serta melukiskannya dengan teratur.
Ini sesuai dengan metode induksi yang mengambil kesimpulan umum dari fakta-fakta yang khusus.

3.   Kritik Impresionistik
Yaitu kritik sastra yang muncul sebagai produksi dari aliran individualisme romantik dan kesadaran akan diri yang lebih modern.
Kritik ini menghubungkan pengalaman si penulis dengan karyanya.
Sebaiknya, seorang kritikus mempunyai gaya yang bisa membuat hati pembaca terpikat dalam kedudukannya sebagai pembimbing juga penghubung antara pembaca dan karya sastra.

4.   Kritik Historis
Jenis kritik sastra yang mengikuti segala sesuatu yang terjadi atas suatu bentuk sastra dalam periode sejarah sastra.
Juga dengan pengelompokan masa seorang pengarang.
Setiap karya sastra harus diteliti dan ditelaah dengan hal-hal yang berhubungan dengan karya sastra tersebut.
Hal-hal yang dapat menjadi bahan acuan antara lain: naskah, bahasa dan komposisi karya sastra, serta perbandingan karya sang pengarang dengan teman-teman seangkatannya,.
Seorang kritikus harus paham bahwa karya sastra merupakan refleksi pengarang pada kehidupan dan kebudayaannya
Pengelompokan jenis karya sastra tersebut serta hubungannya dengan karya yang sejenis.
Butir –butir penting yang aberhubungan dengan kritik historis yakni :
a.   Dalam menggarap bahasa suatu karya sastra, sang kritikus histories dapat mempertimbangkan dua hal yaitu:
1)   Mengembalikan para pembaca masa kini pada keadaan bahasa pada saat karya tersebut ditulis.
2)   Memandang bahasa itu sebagai suatu media komunikasi pada saat itu.
b.   Keterangan – keterangan berupa riwayat hidup merupakan jenis data yang bernilai dan amat berharga bagi kritikus histories.
c.   Berusaha mendapatkan segala korelasi antara kehidupan sang penulis dan karyanya .
d.   Bagi kritikus histories, sastra adalah suara humanitas dan melalui sastra itu kritikus bukan hanya berhubungan atau menaruh perhatian pada literacy (kecakapan baca tulis) tetapi juga human literacy (kecakapan baca tulis masyarakat manusia).
e.   Silsilah sastra atau genealogi suatu karya.
f.     Sang kritikus histories dalam kritik sastranya berhasrat memperoleh sukses yang gemilang dalam bidang pemaduan belajar dan penilaian .

5.   Kritik Filosofis
Merupakan jenis kritik sastra yang berusaha untuk mendapatkan dasar yang paling sesuai bagi penilaian karya sastra melalui analisis terhadap hakekat dan fungsi sastra sebagai suatu cara berpikir mengenai kehidupan.
Kritik ini berusaha menentukan prinsip yang digunakan dalam kritik sastra agar pedoman yang digunakan dalam suatu kritik jelas dan tegas.

6.   Kritik Formalis
Merupakan kritik sastra yang berpedoman pada teori dasar estetika yang meletakkan tekanan pada bentuk karya sastra, struktur, gaya dan efek psikologisnya.
Aristoteles adalah pencetusnya, kritik ini bertentangan dengan teori dari Plato yang menekankan pada aspek isi dan efek moral/sosial.
Kritik formalis disamakan dengan the new criticism, karena memang dia merupakan suatu kritik yang masih berusia muda., lebih – lebih kalau dibandingkan dengan kritik –kritik yang lainnya.

7.   Kritik Relativistik
Jenis kritik ini berpedoman pada anggapan relativisme, yaitu bahwa penilaian terhadap karya sastra terantung pada subjek yang menikmati dan menilainya.
Hal ini terjadi karena selera individu berbeda-beda, begitu juga dalam hal menikmati karya sastra sehingga tidak ada yang bersifat mutlak.
Jika pendapat dari seseorang lebih mendominasi akan muncul suatu teori yang absolut meski tidak disadari.

8.   Kritik Absolutistik
Kritik jenis ini menegaskan bahwa alternative bagi hukum kritik adalah anarki.
Ketika seorang kritikus memberikan penilaian terhadap suatu karya yang hadir selanjutnya adalah sebuah kebingungan.
Ini dapat disiasati dengan tetap menggunakan pendapat masyarakat agar tetap bisa terwujud komunikasi yang baik.

9.   Kritik Interpretatif
Semua jenis kritik sastra bisa digolongkan sebagai jenis kritik ini karena hakekat kritik sastra sendiri adalah memberikan interpretasi/penafsiran terhadap suatu karya sastra.
Maka, pengkhususan kritik sastra jenis ini adalah memperkenalkan standar yang secara relative tidak ada hubungannya dengan orang atau hal tertentu.
Di sini akan terlihat keterkaitan antara teori, sejarah dan kritik sastra. Tiada satu ilmu yang dapat berdiri sendiri seratus persen tanpa bantuan orang lain.

10.       Kritik Tekstual
Merupakan jenis kritik yang terfokus pada teks/ naskah suatu karya sastra, agar pembaca lebih dekat dengan apa yang ditulis.
Dengan berkembangnya masa, kritik ini ingin menunjukkan manakah karya yang benar-benar asli dari beberapa versi karya sastra yang mungkin muncul.

11.       Kritik Linguistik
Jenis Kritik ini menitikberatkan perhatian pada masalah-masalah kebahasaan dalam karya sastra tersebut agar terhindar dari salah pengertian baik dari sisi fonologi, morfologi, sintaksis atau semantik.
Ini perlu dilakukan karena setiap bahasa mengalami perkembangan dalam kurun waktu yang berlainan.

12.       Kritik Biografis
Kritik ini sebenarnya adalah kritik histories yang wilayahnya dipersempit yaitu khusus pada riwayat hidup pengarang beserta karyanya.
Tugasnya adalah menentukan hubungan yang signifikan antara pengarang dan karyanya, asal-usul. Kekuatan yang mendorong atau tujuan konkrit karya tersebut.

13.       Kritik Komparatif
Banyak hal dalam kritik komparatif yang segar dan menarik serta memberi harapan
Kritik ini memperoleh polanya bukan dari kejadian – kejadian yang berhubungan dengan waktu, tetapi justru dari pengelompokan jenis yang berguna serta gagasan atau ide yang berpengaruh.
Hal – hal yang dapat diperbandingkan saja yang akan digarap dalam kritik ini yang diterapkan pada nada, tujuan, dan cara, bahkan penerapan pada ketiga hal tersebut lebih daripada terhadap pokok masalahnya sendiri.

14.       Kritik Etis
Kritik etis sangat erat hubungannya dengan falsafah, keyakinan serta agama.
Tanpa adanya pengetahuan yang cukup tentang ketiga hal tersebut akan membuat penilaian kritik sastra kurang memadai.
Pola pikir seorang kritikus dalam hal-hal tersebut sangat mempengaruhi bagaimana ia akan menilai suatu karya.

15.       Kritik Perspektif
Kritik ini adalah studi terhadap reputasi sang pengarang yang tercermin dalam karyanya dan melekat pada hati pembacanya.
Kritik ini berusaha untuk menyelidiki seorang pengarang dari karya yang dihasilkan, apakah patut menerima penghargaan atau patut diabadikan.

16.       Kritik Pragmatik
Adalah jenis kritik yang mengarahkan perhatiannya pada kebergunaan ide, ucapan, dalil atau teori yang terdapat dalam suatu karya sastra bagi masyarakat.
Reputasi pengarang ditentukan oleh bagaimana karyanya bisa berguna bagi masyarakat.

17.       Kritik Elusidatori (Penjelasan)
Adalah jenis kritik yang sifatnya memberikan penjelasan. Kritik ini menekankan pada interpretasi arti atau makna karya sastra.

18.       Kritik Praktis
Adalah lawan dari kritik teoritis yang cenderung ilmiah. Tugas kritikus adalah menentukan atau menilai apakah suatu karya sastra bernilai praktis bagi masyarakat atau tidak.
Tujuannya sama dengan kritik pragmatis meskipun dengan nama yang berbeda.

19.       Kritik Baru
Bagi para kritikus aliran kritik baru, tujuan pokok seni adalah menghasilkan analisis sang kritikus mengenai seni itu sendiri.
Fungsi kritik adalah melatih kritikus lainnya untuk melatih kritikus yang lain dalam suatu urutan akademik bagi para cendekiawan.
Kecenderungan yang dilakukan para kritikus jenis ini adalah pemanfaatan sarana-sarana ilmiah, epigraf dan statistik yang tidak begitu diperhatikan orang saat memberikan kritik sastra.

20.       Kritik Psikologis
Kritik psikologis adalah salah satu jenis kritik sastra yang mendalami segi-segi kejiwaan suatu karya sastra, yang mencangkup segi-segi kejiwaan penulis, karya, dan pembaca.
Kita tahu bahwa hubungan antara psikologi dan kritik sastra adalah sama tuanya dendan usia kedua cabang ilmu tersebut.
Dan yang paling berpengaruh terhada kritik sastra adalah Sigmund Freud dan psikoanalisisnya.

21.       Kritik Mitopoeik
Kritik Mitopoeik adalah jenis kritik yang menyangkut penciptaan mitos dalam suatu karya sastra.kritik
Mitopoeik ini adalah kritik yang paling baru dan yang paling ambisius diantara pendekatan-pendekatan kritik kontemporer dan barang kali juga yang paling provokatif dalam tindakan-tindakan dan kemungkinannya.

22.       Kritik Sosiokultural
Kritik sosiokultural adalah interpretasi sastra dalam aspek-aspek sosial ekonomi dan politisinya.
Yang merupakan pokok pada kritik ini adalah interaksi karya sastra dengan kehidupan dan interaksi ini tidak hanya mencakup implikasi-implikasi sosial, ekonomi, serta politis karya tersebut, tetapi juga dalam pengertian yang amat luas, mencakup implikasi-implikasi moral dan kulturalnya.

C.  Contoh Kritik Sastra
Berikut ini contoh kritik saastra :

Katak Hendak Menjadi Lembu

Penulis : Nur Sultan Iskandar
Penerbit : Balai Pustaka
Tahun Terbit :1978

Suria seorang Mantri Kabupaten di Sumedang. Sifatnya sombong, gila hormat, serta suka mementingkan diri sendiri dan pemboros. Sebagai Mantri Kabupaten, gajinya tidak berapa besar, tetapi hidupnya menyamai hidup orang yang berpangkat tinggi. Perabot rumah tangganya mahal-mahal, memelihara beberapa pelayan, dan anak-anaknya disekolahkan di HIS dan MULO.

Semuanya dapat berjalan hanya karena bantuan ayah mertua yang kaya, Haji Hasbullah, dan juga karena kaum priayi di Jawa Barat pada umumnya beroleh kepercayaan kaum pedagang sehingga mereka dapat hidup dengan membon.
Yang menderita dan menahankan segala kepahitan tentulah istrinya Zubaedah. Dia yang selalu berhadapan dengan penagih utang, dia juga yang mendengarkan buah tutur orang-orang yang mencela kesombongan dan keborosan suaminya.

Dia harus selalu menekan perasaan melihat tingkah laku Suria yang sering berlawanan dengan keinginannya. Perkenalan Suria dengan Haji Junaedi, seorang haji kaya yang tidak dikenalnya, yang mulanya dianggapnya rendah, ternyata membawa akibat buruk baginya. Suria yang pergi berkunjung ke rumah H. Junaedi melihat anak gadis haji itu, lalu ingin mengawini gadis itu.

Tetapi pinangan Suria yang dilakukannya tanpa sepengetahuan istrinya ditolak oleh H. Junaedi, malahan anaknya itu dikawinkannya dengan Kosim, teman sekantor Suria yang amat dibencinya. Suria benci kepada Kosim karena Kosim tamatan Mulo dan dianggapnya dapat menyaingi dia dalam kedudukannya di kantor itu. Dugaannya benar karena pangkat klerk yang diincar-incarnya jatuh ke tangan Kosim.

Kemudian Suria ingin memperistri anak gadis H. Junaedi dengan maksud kelak dapat mempergunakan kekayaan istrinya untuk menutup utang-utangnya yang telah melilit tubuh itu. Ini pun gagal dan Kosim pulalah yang beruntung. Karena kecewa, dia ingin berhenti saja dari jabatannya yang sekarang. Diam-diam diambilnya uang kas dari kantornya. Perbuatannya ini ketahuan oleh atasannya.

Untunglah Pak Patih, majikannya, masih mau menolongnya. Suria disuruhnya mengganti uang yang telah terpakai olehnya itu dan sesudah itu disuruhnya mengajukan permohonan berhenti saja. Apa boleh buat, Suria terpaksa menyetujui usul majikannya itu. Suria kemudian melelang barang-barangnya. Uang yang didapat dari hasil lelang itu sebagian dipakai pengganti uang kantor yang digelapkannya dan sebagian lagi dipakai melunasi utang-utangnya.

Dia kemudian diberhentikan dari jabatannya. Karena tak bekerja lagi, mereka sekeluarga pindah ke Bandung dan menumpang di rumah anak sulungnya, Abdul Halim, yang ketika itu telah menjadi amtenar. Di rumah Abdul Halim, Suria mau berkuasa saja. Sikapnya menyakiti perasaan istri dan anaknya. Lebih-lebih istri A. Halim, menantunya, merasa sangat tertekan perasaannya oleh pekerti Suria, ayah mertuanya itu.

Segala sesuatu dalam rumah itu diawasi oleh Suria ini dicela, itu ditegur bila tidak sesuai dengan keinginannya. Nasihat istrinya supaya dia tidak mencampuri urusan rumah tangga anaknya diabaikannya. Akhirnya, karena sukatan telah penuh, timbul pertengkaran antara Suria dengan Abdul Halim. Zubaedah yang terlalu makan hati berulam jantung itu, akhirnya jatuh sakit dan …….meninggal.

Kematian ibunya itu menyebabkan Abdul Halim mengambil keputusan menyuruh ayahnya meninggalkan rumah itu. Dengan marah, Suria turun dari rumah anaknya itu. Tujuannya ialah Jakarta, akan mencari pekerjaan di sana, tetapi usahanya sia-sia saja. Uang bawaannya habis dan pekerjaan pun tak dapat. Maklumlah masa itu musim malaise dan “bezuiniging” (penghematan).

Akhirnya kembalilah Suria ke kampungnya, ke desa Rajapolah di Tasikmalaya. Di sana dia menumpang di rumah bekas pelayan ayahnya, orang yang dahulu amat direndahkannya dan dianggapnya hina. Tak tahan hidup dengan batin yang tertekan seperti itu, pada suatu malam, menjelang subuh, Suria meninggalkan rumah, pergi….pergi dan tak seorang pun yang tahu kemana tujuannya. Suria telah pergi, pergi dan tak pernah kembali, hilang tak tentu rimbanya untuk selama-lamanya. Demikianlah akhir hidup Suria yang tragis itu. 


KRITIK SASTRA
A.  KELEBIHAN
1)   Jalan ceritanya menarik.
2)   Cara menggambarkan latar tentang kehidupan di Jawa Barat sebelum perang dunia ke-2 terasa sangat kental sehingga seakan-akan pembaca ikut merasakannya.
3)   Pengarang menyampaikan pesan tentang perlunya keseimbangan dalam keuangan, menghargai orang lain dan sindiran untuk kaum priayi yang selalu hidup dengan membon sehingga selalu boros.

B. KEKURANGAN
1)   Komposisi cerita biasa dan mendatar.
2)   Pengarang terasa lebih banyak berkata-kata dibandingkan buah pikiran dari tokoh sendiri.
3)   Bahasanya menggunakan bahasa melayu dan terlalu banyak menggunakan peribahasa sehingga kurang sesuai dengan daerah Priangan karena berpepatah hanya kebiasaan orang Melayu.


1 komentar:

  1. mau tanya, contohnya yang diatas itu termasuk mengikuti kritik sastra apa ya?

    BalasHapus

PEDIH

  Ia ceritakan kepada malam Sebuah kisah yang kelam Ketika hati menjadi ulam Mengenang cinta yang suram   Ia ceritakan kepada bint...