Ulang Tahun Tanpa Perayaan
Karya : Salohot Nasution
Jam
dinding menunjukkan jam 12 malam
Kini
usiamu bertambah setahun dari masa silam
Saatnya
berbenah diri dari langkah kelam
Menuju masa depan cerah yang akan digenggam
Ulang Tahun Tanpa Perayaan
Karya : Salohot Nasution
Jam
dinding menunjukkan jam 12 malam
Kini
usiamu bertambah setahun dari masa silam
Saatnya
berbenah diri dari langkah kelam
Menuju masa depan cerah yang akan digenggam
Bhinneka Tunggal Ika laksana jambangan bunga, ia
menyatukan aneka warna yang berbeda, menghadirkan pemandangan yang sedap
dipandang mata, menebarkan aneka aroma yang menggugah rasa.
Bhinneka Tunggal Ika laksana kanvas lukisan, ia
menyatukan berbagai perbedaan goresan warna sehingga menjadi sebuah lukisan
yang indah. Lukisan itu bernama Indonesia, jutaan perbedaan didalamnya menjadi
harmoni dalam berbangsa dan bernegara.
Quote tersebut diikutsertakan dalam Lomba Cipta Quote
Nasional Lintas Pulau Tema Bhinneka Tunggal Ika yang diselenggarakan oleh
Abiezhian tanggal 20 Agustus 2020
Kekayaan Budaya Indonesia
Karya : Salohot Nasution
Masakan dari olahan rempah-rempah
Yang rasanya mampu menggoyang lidah
Tersedia dengan melimpah ruah
Bisa dipilih kemana selera tergugah
“Dibalik pahitnya
kepergian tersimpan manisnya pertemuan”
Quote tersebut diikutsertakan dalam
Lomba Cipta Quote Nasional Tema Kepergian yang diselenggarakan oleh Ruuang
Rindu tanggal 4 Juli 2020
Manusia Pejuang
Karya : Salohot Nasution
Detik demi detik hidup manusia adalah perjuangan
Dan setiap manusia adalah pejuang karena dia hidup untuk berjuang
Seorang anak menanggalkan ambisinya lalu mencocokkannya
Dengan puzzle ambisi kedua orang tuanya
Demi mendapat senyuman bangga dari orang tua
Sejak corona mewabah perjuangan mencari nafkah semakin
susah, namun tidak boleh ada kata menyerah demi melihat senyum anggota keluarga
merekah. Selalu ada jalan bagi pejuang nafkah yang tak mengenal kata menyerah.
Quote tersebut diikutsertakan dalam Challange Quote
Writhernity Tema Perjuangan yang diselenggarakan oleh Write Together Community tanggal 12
Agustus 2020
Rumah Honai
Karya : Salohot Nasution
Di halaman rumah honai aku berdiri
Mata terpukau mengetuk hati
Mencari makna dalam hidup ini
Di dalam kesederhanaan kutemukan arti
Api Yang Tak Lagi Berapi
Karya : Salohot Nasution
Api itu pernah berkobar, menyala menyambar-nyambar
Di dada anggota Budi Oetomo, Serikat Islam dan Partai Nasional Indonesia
Nyala api itu lalu menyebar dan membakar
Di dada rakyat Indonesia yang merindukan merdeka
Corona menyentuh pusat kesadaran bahwa kemajuan peradaban
manusia bukanlah apa-apa dihadapan Sang Pencipta. Makhluk kasat mata mampu
merobohkan dinding kesombongan manusia yang bangga akan kemajuan peradabannya.
Quote tersebut diikutsertakan dalam Lomba Quote Tema
Corona yang diselenggarakan oleh Rex Publishing tanggal 3 Agustus 2020
Sahabat Tapi
Karya : Salohot Nasution
Wanita
itu unik, ia sembunyikan duka hatinya
Tapi
semua orang tahu lewat air matanya yang bercerita
Wanita
itu unik, ia sembunyikan suka hatinya
Tapi semua orang tahu lewat senyumnya yang berbicara
Bocah
Piatu
Karya
: Salohot Nasution
Ia
berdiri di gerbang sebuah sekolah dasar
Pemandangan
di hadapannya ia tatap dengan nanar
Ketika
bocah-bocah seusianya
Mendapatkan ciuman dan pelukan dari ibunya
Negeri Yang Indah
Karya : Salohot Nasution
Sebuah
negeri telah diciptakan oleh Tuhan
Di
bawah lautnya Ia titipkan keindahan
Dengan
kehadiran terumbu karang dan tumbuhan
Rumah yang nyaman bagi berbagai jenis ikan
Cinta Sebening Kaca
Salohot Nasution
Udara
yang bergerak dengan bebasnya
Engkau
tangkap lalu engkau ubah menjadi cinta
Beningnya
tetesan embun pagi
Engkau dekap lalu engkau ubah menjadi kasih murni
Belajar Takwa Dari Nabi Ibrahim
Karya : Salohot Nasution
Ketika
Nabi Ibrahim ingin menyembelih Nabi Ismail
Nabi Ismail
dengan sabar dan ikhlas menyerahkan diri
Walaupun
perintah itu berupa mimpi yang ganjil
Suara keyakinan akan kebenaran menggema kuat di hati
Alarm Telah Dibunyikan
Salohot Nasution
Alarm telah dibunyikan di lautan
Lewat ombak yang gelisah menawarkan basah
Pada gedung dan rumah-rumah
Juga pada tempat-tempat ibadah
Rindu
Ayah
Karya
: Salohot Nasution
Siang
itu aku datang ke pusaramu
Disaksikan
matahari yang mengintip malu-malu
Dibawah
langit yang sedang berwajah sendu
Diiringi
gemuruh dada yang kacau
Engkau
datang menemuiku sambil tersenyum
Aku
menyambutmu dengan senyum terkulum
Ayah
bagaimana kabarmu? Aku datang menemuimu
Ini
kubawakan bingkisan doa untukmu
Kita
berdua lalu duduk berdampingan, seperti dulu
Seperti
saat engkau istirahat menghilangkan lelahmu
Lalu
aku duduk disampingmu, menemani engkau
Menghabiskan
bekal makan siangmu
Dan
kisah-kisahpun mulai didengarkan kembali
Lipatan-lipatan
memori dibentangkan kembali
Dalam
waktu yang sangat singkat ini
Beragam
kisah sudah kita lewati
Setelah
berkisah engkaupun kembali
Menuju
peraduanmu yang terakhir kali
Akupun
berpamitan meninggalkanmu sendiri
Melanjutkan
perjalanan bersama rindu yang kugenggam ini
Aceh
Timur, 28 Juli 2020
Puisi
di atas diikutsertakan dalam Lomba Cipta Puisi dengan tema Ayah dan Ibu yang
diselenggarakan oleh Penerbit Mandiri Jaya Subang pada tanggal 28 Juli 2020
Ia ceritakan kepada malam Sebuah kisah yang kelam Ketika hati menjadi ulam Mengenang cinta yang suram Ia ceritakan kepada bint...