Selasa, 18 Desember 2018

Cegah Kematian Anak Dengan Mengenal dan Mencegah Pneumonia Pada Anak

peneumonia pada anak

Bayi itu terkulai lemah tak berdaya, selang oksigen dipasangkan kehidungnya agar ia bisa bernapas dengan baik. Selang infus pun dipasangkan ketangannya, untuk memberikan asupan bagi tubuhnya yang lemah. Bayi itu bernama Muhammad Septian Gunawan, putra pasangan  pasangan Heri Gunawan dan Rani Lifantri. Diusianya yang masih balita (11 bulan) ia harus menanggung derita penyakit, dari umur 3 bulan penyakit itu dideritanya. Berarti sudah 8 bulan bayi itu menahankan sakit yang dideritanya. Kini orangtuanya hanya mampu berdo’a dan berharap perawatan yang diberikan Ruang ICU RSI Yarsi Pontianak dapat menyembuhkan penyakit anaknya.
pneumonia pada anak
Bayi Pengidap Pneumonia, sumber : www.tribunnews.com

Penyakit yang diderita bayi Muhammad Septian Gunawan adalah pneumonia. Pneumonia adalah penyakit yang menyerang paru-paru, sehingga penderitanya akan kesulitan bernafas. Bila sudah berat, penyakit ini bisa menyebabkan kematian. Di dunia penyakit ini pembunuh anak pertama, dimana setiap satu menit ada dua anak yang meninggal. Sedangkan di Indonesia penyakit ini penyebab kedua tertinggi kematian anak.

Pneumonia rentan menyerang anak dikarenakan sistem imun tubuh anak yang belum sempurna, sehingga belum mampu melawan virus yang menyebar ke paru-parunya. Oleh karena itu seharusnya orangtua lah yang berperan mencegah penyakit ini agar tidak menyerang anaknya. Namun sangat disayangkan, karena ketidak tahuan orangtua tentang penyakit ini, menyebabkan pencegahan penyakit ini tidak dapat diperoleh anak. Anak dibawa ke rumah sakit ketika kondisi anak sudah parah, sehingga tidak tertolong lagi.


pneumonia pada anak

Untuk menurunkan angka kematian anak yang disebabkan Pneumonia, orangtua harus mengenal penyakit ini dengan baik. Apabila orangtua sudah mengenal penyakit ini, maka langkah pencegahannya akan berjalan dengan baik. Adapun hal-hal yang harus dipahami orangtua mengenai penyakit ini antara lain :
1.   Penyebab Pneumonia
Pneumonia bisa disebabkan oleh bakteri, jamur, maupun virus. Tapi dari ketiga penyebab ini, virus lah penyebab yang paling sering menyebabkan anak Pneumonia. Ada golongan anak yang memiliki risiko tinggi terkena pneumonia, mereka itu adalah : 1) anak yang tidak mendapat air susu ibu (ASI), 2) anak yang kurang gizi, 3) anak yang mengidap penyakit HIV, 4) anak yang terkena infeksi campak, 5) anak yang tidak mendapatkan imunisasi, dan 5) anak yang lahir prematur. Selain itu keadaan lingkungan yang tidak sehat juga dapat memperbesar peluang anak terkena Pneumonia, misalnya orangtua yang merokok, lingkungan yang kotor, dan lain sebagainya.
pneumonia pada anak
virus penyebab pneumonia, sumber : www.cdc.gov

Perhatian penting bagi orangtua tentang penyakit ini antara lain : 1) Pneumonia bisa menular melalui percikan ludah ketika bersin maupun batuk, juga melalui peralatan makan dan minum penderita. Oleh karena itu, jika ada anak yang menderita Pneumonia orangtua harus menempatkan diruangan khusus (mengisolasi), agar saudaranya yang lain tidak ketularan. 2) Pneumonia ini bukan penyakit turunan, karena penyakit ini bisa menular dari orang tua ke anak, maka orang menganggap penyakit ini menurun. 3) Penumonia bisa disembuhkan, dengan catatan harus segera dibawa ke rumah sakit sebelum parah. 4) Pneumonia bisa menyebabkan kematian bagi anak apabila sudah parah, kalaupun bisa sembuh maka ada kemungkinan kambuh lagi.

2.   Gejala Pneumonia
Gejala yang umum dari Pneumonia adalah batuk, pilek, demam, dan sesak napas. Gejalanya yang hampir sama dengan penyakit lain yang menyerang organ pernafasan, menjadikan banyak orang yang sulit membedakan apakah itu Pneumonia atau bukan. Adapun yang menjadi ciri khas dari gejala Pneumonia ini adalah sesak napas yang menyebabkan penderita bernapas cepat diiringi tarikan rongga dadanya.
pneumonia pada anak
Batuk, sumber : www.blog.aqiqahbunayyamadiun.com

Selain gejala yang sudah disebutkan di atas, ada juga yang mengalami gejala lain, diantaranya : 1) hidung tersumbat, 2) muntah, 3) mengi atau napas berbunyi, 4) dada dan perut menggembung, 5) terasa nyeri di bagian dada, 6) menggigil, 7) merasa sakit pada bagian perut, 8) tidak nafsu makan, 9) menangis lebih sering dari biasanya, 10) sulit beristirahat, 11) pucat dan lesu, 12) apabila sudah parah bibir dan kuku jari berubah kebiruan atau abu-abu.

Dengan memahami penyakit Pneumonia ini maka orang tua akan semakin mengerti bahwa nyawa anaknya sedang terancam, sehingga melahirkan rasa kewaspadaan yang tinggi dengan berupaya keras mencegah agar anaknya tidak terjangkit Pneumonia.


pneumonia pada anak

Setelah memahami apa itu penyakit Pneumonia maka langkah selanjutnya adalah upaya pencegahannya. Adapun langkah pencegahan yang dapat dilakukan orang tua, antara lain :
1.   Membiasakan Cuci Tangan
mencegah pneumonia pada anak
Mencuci Tangan, sumber : www.babatpost.com

Dari pembahasan mengenai penyebab Pneumonia di atas diketahui penyebab paling dominan adalah virus. Virus paling suka tempat-tempat yang kotor, oleh karena itu pencegahannya dengan kebersihan. Kebersihan yang utama adalah kebersihan tangan orangtua, dikarenakan orang tua sering melakukan kontak dengan anak. Orangtua harus mencuci tangannya ketika : 1) sebelum makan, 2) sehabis buang air besar, 3) sebelum meyusui, 4) sebelum menyiapkan makanan, 5) setelah menceboki anak. Tentu saja agar kebersihannya maksimal, mencuci tangan ini harus menggunakan sabun atau cairan anti septik.

2.   Memberikan ASI
mencegah pneumonia pada anak
Memberi ASI, sumber : www.abiummi.com

Memberikan ASI selama enam bulan pertama tanpa makanan lain, sering disebut ASI eksklusif. Manfaat ASI untuk menguatkan daya tahan tubuh anak terhadap penyakit, dan mencukupi kebutuhan nutrisi anak. Dalam pemberian ASI ini, ibu harus memberikannya dalam jumlah yang cukup. Oleh karena itu penting sekali ibu mengetahui kalau anak sudah mendapatkan ASI yang cukup. Karena apabila anak tidak mendapatkan asupan ASI yang cukup, maka ia tetap lapar. Inilah yang sering dianggap ibu ASI tidak cukup bagi anak, sehingga ia memberikan makanan lain selain ASI, dengan begitu program ASI eksklusifnya jadi batal. Adapun tanda-tanda anak sudah mendapat asupan ASI yang cukup, antara lain :
a.   Anak melepaskan payudara dengan sendirinya
b.   Anak mengeluarkan bunyi menelan lembut
c.   Setelah menyusu, anak terlihat tenang dan tidak rewel
d.   Payudara  terasa lembek karena air susu telah terkuras
e.   Bayi kencing tiap beberapa jam
f.     Kotoran anak berubah warna dari warna gelap menjadi kekuningan dan teksturnya lembut.

3.   Melakukan Imunisasi
mencegah pneumonia pada anak
Imunisasi, sumber : www.hellosehat.com

Anak yang baru lahir sudah memiliki antibodi alami yang disebut kekebalan pasif., akan tetapi kekebalan ini hanya sementara saja, bertahan beberapa bulan saja. Oleh karena itu, anak membutuhkan imunisasi untuk menjaga kekebalan tubuhnya dari beragam penyakit. Adapun imunisasi yang harus diberikan kepada anak, antara lain :
a.   Usia 0 bulan: 1 dosis hepatitis B
b.   Usia 1 bulan: 1 dosis BCG dan polio
c.   Usia 2 bulan: 1 dosis DPT, hepatitis B, HiB, dan polio
d.   Usia 3 bulan: 1 dosis DPT, hepatitis B, HiB, dan polio
e.   Usia 4 bulan: 1 dosis DPT, hepatitis B, HiB, dan polio
f.     Usia 9 bulan: 1 dosis campak/MR
g.   Usia 18-24 bulan: 1 dosis DPT, hepatitis B, HiB, dan campak/MR
h.   Kelas 1 SD/sederajat: 1 dosis campak dan DT
i.     Kelas 2 dan 5 SD/sederajat: 1 dosis Td
Ada dua hal yang harus dipahami orang tua terkait imunisasi. Pertama, imunisasi tidak memberikan perlindungan 100 persen pada anak. Jadi anak yang sudah diimunisasi masih mungkin terserang suatu penyakit, namun kemungkinannya lebih kecil. Hal ini bukan berarti imunisasi tersebut gagal, tetapi karena memang perlindungan imunisasi sekitar 80-95 persen saja. Kedua, pemberian imunisasi bisa disertai efek samping, sering disebut kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI). Efek sampingnya antara lain demam ringan sampai tinggi, nyeri dan bengkak pada area bekas suntikan, sehingga menyebabkan anak agak rewel. Namun reaksi ini akan hilang dalam 3-4 hari. Bila anak mengalami efek samping ini, kompres anak dengan air hangat, beri obat penurun panas setiap 4 jam, dan pakaikan anak baju yang tipis, tanpa diselimuti.

Karena ketidak pahaman mengenai yang dua hal ini banyak orang tua yang enggan membawa anaknya imunisasi. Alasannya yang pertama, walaupun anaknya diimunisasi, anaknya tetap sakit. Alasan yang kedua, imunisasi harusnya mencegah anak tidak sakit, tapi setelah diimunisasi anaknya malah jadi sakit. Kurangnya informasi yang jelas menyebabkan salah persepsi dikalangan orangtua tentang imunisasi. Oleh karena itu penyuluhan kesehatan yang diberikan kepada masyarakat harus lengkap, sehingga tidak ada celah untuk mengabaikan pesan kesehatan yang disampaikan.

4.   Memberi Makanan Bergizi
mencegah pneumonia pada anak
Makanan Bergizi, sumber : www.tubasmedia.com

Anak yang sudah melewati masa menyusu secara eksklusif selama enam bulan, membutuhkan makanan bergizi selain ASI untuk mencukupi nutrisi dan menjaga kekebalan tubuhnya. Namun banyak orangtua yang menganggap makanan bergizi adalah makanan yang mahal. Misalnya untuk lauk menganggap makan bergizi itu seperti daging, ikan salmon, udang, lobster, dan lain sebagainya. Sedangkan untuk buahnya menganggap buah bergizi itu buah impor seperti apel, anggur, pear, dan lain sebagainya. Tentu saja ini menjadi hambatan dalam memberikan makanan bergizi untuk anak. Oleh karena itu masih perlu penyuluhan kesehatan yang bisa menjelaskan makanan bergizi tidak harus mahal, makanan bergizi juga bisa didapatkan dengan murah. Untuk lauk yang bergizi tapi murah ibu bisa memberikannya telur ayam, tempe maupun tahu, ditambah dengan sayuran bayam atau kangkung. Sedangkan buahnya ibu bisa memberikan pisang, pepaya, jambu, dan lain sebagainya.

5.   Menjaga Kebersihan Lingkungan
mencegah pneumonia pada anak
Menjaga Kebersihan, sumber : www.dawaihati.com

Menjaga kebersihan sangat penting untuk mencegah penyebaran virus penyebab Pneumonia pada anak, menjaga kebersihan bukan hanya didalam rumah akan tetapi kebersihan disekitar rumah juga. Menjaga kebersihan di dalam rumah, antara lain : 1) tidak merokok di dalam rumah, 2) tidak menggunakan bahan bakar yang mengeluarkan asap, seperti kayu bakar, arang, batu bara, dan batok, 3) menggunakan air bersih untuk mandi, mencuci, dan memasak makanan/minuman, 4) menyapu rumah dan membersihkan debu yang menempel pada perabotan maupun ventilasi, dan 5) membersihkan kamar mandi dan toilet. Sedangkan menjaga kebersihan disekitar rumah, antara lain : 1) menyapu pekarangan rumah, 2) membersihkan selokan, 3) membuang sampah pada tempatnya, dan 4) menanam tanaman dipekarangan rumah


pneumonia pada anak

Pneumonia pada anak adalah masalah kita bersama, karena anak adalah generasi penerus yang dipundaknya lah nanti negara ini dititipkan. Jika Pneumonia anak tidak diatasi maka negara ini tidak punya generasi penerus lagi. Upaya dalam mengatasi penyakit Pneumonia ini tidak bisa hanya diberikan kepada orang tua, dalam hal ini seorang ibu. Walaupun seorang ibu adalah orang yang paling dekat dengan anak. Namun ia perlu juga dukungan dari anggota keluarga lain dan masyarakat dalam mengatasi Pneumonia ini.

Anggota keluarga lain berpartisipasi dengan cara : 1) apabila ada anggota keluarga yang merokok janganlah merokok di dalam rumah, 2) anggota keluarga lain ikut mengingatkan ibu apabila kelupaan mencuci tangan, 3) mengingatkan pemberian ASI eksklusif,  4)  mengingatkan jadwal imunisasi, dan 5) membiasakan cuci tangan dan menjaga kebersihan lingkungan, juga mengajarkannya kepada anak-anak agar mereka terbiasa.

Masyarakat berpartisipasi dengan cara menyebar luaskan informasi mengenai Pneumonia ini, agar anggota masyarakat lain juga mengetahui dan memahami Pneumonia. Maka dengan kehadiran Talkshow yang membahas Pneumonia ini  di program Ruang Publik KBR pada hari Kamis (13/12/2018) yang lalu, dan disiarkan di lebih 100 radio jaringan KBR di nusantara, diharapkan sebagian besar masyarakat Indonesia sudah tahu apa itu Pneumonia. Langkah ini akan semakin besar dampaknya apabila media-media massa lain juga melakukan hal yang sama.

Talkshow yang menghadirkan narasumber 1) Selina Patta Sumbung (Ketua Yayasan Sayangi Tunas Cilik partner of Save The Children), 2) dr. Madeleine Ramdhani Jasin, Sp.A (Ikatan Dokter Anak Indonesia), dan 3) Yati, Ibu dengan dengan Anak Gejala Pneumonia pada 2016, Desa Nagrak Kabupaten Bandung (via telephone), dinilai sangat bermanfaat dalam memberikan informasi mengenal dan mencegah Pneumonia pada anak.  Apalagi disaat penutupan Ibu Selina Patta Sumbung menutup acara dengan slogan STOP dalam mengatasi Pneumonia. STOP merupakan singkatan dari :
·        S (Air Susu Ibu Saja Sampai 6 Bulan)
·        T (Tuntaskan Imunisasi)
·        O (Observasi Sesak Napas Segera Periksa Dokter)
·        P (Pastikan Kecukupan Gizi)
Dengan slogan STOP ini upaya mengatasi Pneumonia terdengar begitu mudah, yaitu menitik beratkan pada ASI, imunisasi, penanganan yang cepat, dan makanan bergizi. Walaupun slogan ini terdengar sederhana, namun pelaksanaannya tidak sesederhana kedengarannya. Karena ini berkaitan dengan perubahan perilaku, maka dibutuhkan komitmen yang tinggi untuk berubah. Ibu sebagai subjek yang paling utama dalam mencegah Pneumonia pada anak akan semakin kuat komitmennya bila didukung oleh keluarga dan masyarakat disekitarnya. Mudah-mudahan kampanye STOP Pneumonia ini berhasil, sehingga kita tidak mendengar lagi ada anak yang mengidap Pneumonia.

Referensi :
www.alodokter.com






Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PEDIH

  Ia ceritakan kepada malam Sebuah kisah yang kelam Ketika hati menjadi ulam Mengenang cinta yang suram   Ia ceritakan kepada bint...