Bayi itu terkulai lemah tak berdaya, selang oksigen
dipasangkan kehidungnya agar ia bisa bernapas dengan baik. Selang infus pun
dipasangkan ketangannya, untuk memberikan asupan bagi tubuhnya yang lemah. Bayi
itu bernama Muhammad Septian Gunawan, putra pasangan pasangan Heri Gunawan dan Rani Lifantri. Diusianya yang masih balita (11 bulan) ia harus
menanggung derita penyakit, dari umur 3 bulan penyakit itu dideritanya. Berarti
sudah 8 bulan bayi itu menahankan sakit yang dideritanya. Kini orangtuanya
hanya mampu berdo’a dan berharap perawatan yang diberikan Ruang
ICU RSI Yarsi Pontianak dapat menyembuhkan
penyakit anaknya.
Penyakit yang diderita bayi Muhammad
Septian Gunawan adalah pneumonia. Pneumonia adalah penyakit yang
menyerang paru-paru, sehingga penderitanya akan kesulitan bernafas. Bila sudah
berat, penyakit ini bisa menyebabkan kematian. Di dunia penyakit ini pembunuh
anak pertama, dimana setiap satu menit ada dua anak yang meninggal. Sedangkan
di Indonesia penyakit ini penyebab kedua tertinggi kematian anak.
Pneumonia rentan menyerang anak dikarenakan sistem imun
tubuh anak yang belum sempurna, sehingga belum mampu melawan virus yang
menyebar ke paru-parunya. Oleh karena itu seharusnya orangtua lah yang
berperan mencegah penyakit ini agar tidak menyerang anaknya. Namun sangat
disayangkan, karena ketidak tahuan orangtua tentang penyakit ini, menyebabkan
pencegahan penyakit ini tidak dapat diperoleh anak. Anak dibawa ke rumah sakit
ketika kondisi anak sudah parah, sehingga tidak tertolong lagi.
Untuk menurunkan angka kematian anak yang disebabkan
Pneumonia, orangtua harus mengenal penyakit ini dengan baik. Apabila orangtua
sudah mengenal penyakit ini, maka langkah pencegahannya akan berjalan dengan
baik. Adapun hal-hal yang harus dipahami orangtua mengenai penyakit ini antara
lain :
1.
Penyebab Pneumonia
Pneumonia bisa disebabkan oleh bakteri, jamur, maupun
virus. Tapi dari ketiga penyebab ini, virus lah penyebab yang paling sering
menyebabkan anak Pneumonia. Ada golongan anak yang memiliki
risiko tinggi terkena pneumonia, mereka itu adalah
: 1) anak yang tidak mendapat air susu ibu (ASI), 2) anak yang kurang gizi, 3) anak yang mengidap penyakit HIV, 4) anak yang terkena infeksi
campak, 5) anak yang tidak mendapatkan
imunisasi, dan 5) anak yang lahir prematur. Selain itu
keadaan lingkungan yang tidak sehat juga dapat memperbesar peluang anak terkena
Pneumonia, misalnya orangtua yang merokok, lingkungan yang kotor, dan lain
sebagainya.
Perhatian penting bagi orangtua tentang penyakit ini
antara lain : 1) Pneumonia bisa menular melalui percikan ludah ketika bersin
maupun batuk, juga melalui peralatan makan dan minum penderita. Oleh karena
itu, jika ada anak yang menderita Pneumonia orangtua harus menempatkan diruangan
khusus (mengisolasi), agar saudaranya yang lain tidak ketularan. 2) Pneumonia
ini bukan penyakit turunan, karena penyakit ini bisa menular dari orang tua ke
anak, maka orang menganggap penyakit ini menurun. 3) Penumonia bisa
disembuhkan, dengan catatan harus segera dibawa ke rumah sakit sebelum parah.
4) Pneumonia bisa menyebabkan kematian bagi anak apabila sudah parah, kalaupun
bisa sembuh maka ada kemungkinan kambuh lagi.
2.
Gejala Pneumonia
Gejala yang umum dari Pneumonia adalah batuk, pilek,
demam, dan sesak napas. Gejalanya yang hampir sama dengan penyakit lain yang
menyerang organ pernafasan, menjadikan banyak orang yang sulit membedakan
apakah itu Pneumonia atau bukan. Adapun yang menjadi ciri khas dari gejala
Pneumonia ini adalah sesak napas yang menyebabkan penderita bernapas cepat
diiringi tarikan rongga dadanya.
Selain gejala yang sudah disebutkan di atas, ada juga
yang mengalami gejala lain, diantaranya : 1) hidung
tersumbat, 2) muntah, 3) mengi atau napas berbunyi, 4) dada dan perut menggembung, 5) terasa nyeri di bagian dada, 6) menggigil, 7) merasa sakit pada bagian
perut, 8) tidak nafsu makan, 9) menangis lebih sering dari
biasanya, 10) sulit beristirahat, 11) pucat dan lesu, 12) apabila sudah parah bibir
dan kuku jari berubah kebiruan atau abu-abu.
Dengan memahami penyakit Pneumonia ini maka orang tua
akan semakin mengerti bahwa nyawa anaknya sedang terancam, sehingga melahirkan
rasa kewaspadaan yang tinggi dengan berupaya keras mencegah agar anaknya tidak
terjangkit Pneumonia.
Setelah memahami apa itu penyakit Pneumonia maka langkah
selanjutnya adalah upaya pencegahannya. Adapun langkah pencegahan yang dapat
dilakukan orang tua, antara lain :
Dari pembahasan mengenai penyebab Pneumonia di atas
diketahui penyebab paling dominan adalah virus. Virus paling suka tempat-tempat
yang kotor, oleh karena itu pencegahannya dengan kebersihan. Kebersihan yang utama
adalah kebersihan tangan orangtua, dikarenakan orang tua sering melakukan
kontak dengan anak. Orangtua harus mencuci tangannya ketika : 1) sebelum
makan, 2) sehabis buang air besar, 3) sebelum meyusui, 4) sebelum menyiapkan
makanan, 5) setelah menceboki anak. Tentu saja agar kebersihannya maksimal,
mencuci tangan ini harus menggunakan sabun atau cairan anti septik.
Memberikan ASI selama enam bulan pertama tanpa makanan
lain, sering disebut ASI eksklusif. Manfaat ASI untuk menguatkan daya tahan
tubuh anak terhadap penyakit, dan mencukupi kebutuhan nutrisi anak. Dalam
pemberian ASI ini, ibu harus memberikannya dalam jumlah yang cukup. Oleh karena
itu penting sekali ibu mengetahui kalau anak sudah mendapatkan ASI yang cukup.
Karena apabila anak tidak mendapatkan asupan ASI yang cukup, maka ia tetap
lapar. Inilah yang sering dianggap ibu ASI tidak cukup bagi anak, sehingga ia
memberikan makanan lain selain ASI, dengan begitu program ASI eksklusifnya jadi
batal. Adapun tanda-tanda anak sudah mendapat asupan ASI yang cukup, antara
lain :
a.
Anak melepaskan payudara dengan
sendirinya
b. Anak mengeluarkan
bunyi menelan lembut
c. Setelah menyusu, anak terlihat tenang dan tidak
rewel
d. Payudara terasa lembek karena air susu telah terkuras
e. Bayi kencing tiap beberapa
jam
f. Kotoran anak berubah warna dari warna
gelap menjadi kekuningan dan teksturnya lembut.
Anak yang baru lahir sudah memiliki antibodi alami
yang disebut kekebalan pasif., akan tetapi kekebalan
ini hanya sementara saja, bertahan
beberapa bulan saja. Oleh karena itu, anak
membutuhkan imunisasi untuk menjaga kekebalan tubuhnya dari beragam penyakit.
Adapun imunisasi yang harus diberikan kepada anak, antara lain :
a. Usia
0 bulan: 1 dosis hepatitis B
b. Usia
1 bulan: 1 dosis BCG dan polio
c. Usia
2 bulan: 1 dosis DPT, hepatitis B, HiB, dan polio
d. Usia
3 bulan: 1 dosis DPT, hepatitis B, HiB, dan polio
e. Usia
4 bulan: 1 dosis DPT, hepatitis B, HiB, dan polio
f. Usia
9 bulan: 1 dosis campak/MR
g. Usia
18-24 bulan: 1 dosis DPT, hepatitis B, HiB, dan campak/MR
h. Kelas
1 SD/sederajat: 1 dosis campak dan DT
i. Kelas
2 dan 5 SD/sederajat: 1 dosis Td
Ada dua hal yang harus dipahami orang tua terkait
imunisasi. Pertama, imunisasi tidak memberikan
perlindungan 100 persen pada anak. Jadi anak
yang sudah diimunisasi masih mungkin
terserang suatu penyakit, namun kemungkinannya lebih kecil. Hal ini bukan berarti
imunisasi tersebut gagal, tetapi karena memang perlindungan imunisasi sekitar
80-95 persen saja. Kedua, pemberian
imunisasi bisa disertai efek samping, sering disebut kejadian
ikutan pasca imunisasi (KIPI). Efek sampingnya antara
lain demam ringan sampai tinggi, nyeri dan bengkak pada area bekas suntikan, sehingga menyebabkan
anak agak rewel. Namun reaksi ini akan hilang dalam 3-4 hari. Bila anak mengalami efek samping ini, kompres anak dengan air hangat, beri obat penurun panas setiap 4 jam, dan pakaikan anak baju yang
tipis, tanpa diselimuti.
Karena ketidak pahaman mengenai yang dua hal ini banyak
orang tua yang enggan membawa anaknya imunisasi. Alasannya yang pertama,
walaupun anaknya diimunisasi, anaknya tetap sakit. Alasan yang kedua, imunisasi
harusnya mencegah anak tidak sakit, tapi setelah diimunisasi anaknya malah jadi
sakit. Kurangnya informasi yang jelas menyebabkan salah persepsi dikalangan
orangtua tentang imunisasi. Oleh karena itu penyuluhan kesehatan yang
diberikan kepada masyarakat harus lengkap, sehingga tidak ada celah untuk
mengabaikan pesan kesehatan yang disampaikan.
Anak yang sudah melewati masa menyusu secara eksklusif
selama enam bulan, membutuhkan makanan bergizi selain ASI untuk mencukupi
nutrisi dan menjaga kekebalan tubuhnya. Namun banyak orangtua yang menganggap
makanan bergizi adalah makanan yang mahal. Misalnya untuk lauk menganggap makan
bergizi itu seperti daging, ikan salmon, udang, lobster, dan lain sebagainya.
Sedangkan untuk buahnya menganggap buah bergizi itu buah impor seperti apel,
anggur, pear, dan lain sebagainya. Tentu saja ini menjadi hambatan dalam
memberikan makanan bergizi untuk anak. Oleh karena itu masih perlu penyuluhan
kesehatan yang bisa menjelaskan makanan bergizi tidak harus mahal, makanan
bergizi juga bisa didapatkan dengan murah. Untuk lauk yang bergizi tapi murah
ibu bisa memberikannya telur ayam, tempe maupun tahu, ditambah dengan sayuran
bayam atau kangkung. Sedangkan buahnya ibu bisa memberikan pisang, pepaya,
jambu, dan lain sebagainya.
Menjaga kebersihan sangat penting untuk mencegah
penyebaran virus penyebab Pneumonia pada anak, menjaga kebersihan bukan hanya
didalam rumah akan tetapi kebersihan disekitar rumah juga. Menjaga kebersihan
di dalam rumah, antara lain : 1) tidak merokok di dalam rumah, 2) tidak
menggunakan bahan bakar yang mengeluarkan asap, seperti kayu bakar, arang, batu
bara, dan batok, 3) menggunakan air bersih untuk mandi, mencuci, dan memasak
makanan/minuman, 4) menyapu rumah dan membersihkan debu yang menempel pada
perabotan maupun ventilasi, dan 5) membersihkan kamar mandi dan toilet.
Sedangkan menjaga kebersihan disekitar rumah, antara lain : 1) menyapu
pekarangan rumah, 2) membersihkan selokan, 3) membuang sampah pada tempatnya, dan
4) menanam tanaman dipekarangan rumah
Pneumonia pada anak adalah masalah kita bersama, karena
anak adalah generasi penerus yang dipundaknya lah nanti negara ini dititipkan.
Jika Pneumonia anak tidak diatasi maka negara ini tidak punya generasi penerus
lagi. Upaya dalam mengatasi penyakit Pneumonia ini tidak bisa hanya diberikan
kepada orang tua, dalam hal ini seorang ibu. Walaupun seorang ibu adalah orang
yang paling dekat dengan anak. Namun ia perlu juga dukungan dari anggota
keluarga lain dan masyarakat dalam mengatasi Pneumonia ini.
Anggota keluarga lain berpartisipasi dengan cara : 1)
apabila ada anggota keluarga yang merokok janganlah merokok di dalam rumah, 2)
anggota keluarga lain ikut mengingatkan ibu apabila kelupaan mencuci tangan, 3)
mengingatkan pemberian ASI eksklusif, 4) mengingatkan jadwal imunisasi, dan 5)
membiasakan cuci tangan dan menjaga kebersihan lingkungan, juga mengajarkannya
kepada anak-anak agar mereka terbiasa.
Masyarakat berpartisipasi dengan cara menyebar luaskan
informasi mengenai Pneumonia ini, agar anggota masyarakat lain juga mengetahui
dan memahami Pneumonia. Maka dengan kehadiran Talkshow yang membahas Pneumonia
ini di program Ruang Publik KBR pada hari Kamis (13/12/2018) yang lalu, dan disiarkan di lebih
100 radio jaringan KBR di nusantara,
diharapkan sebagian besar masyarakat Indonesia sudah tahu apa itu Pneumonia.
Langkah ini akan semakin besar dampaknya apabila media-media massa lain juga
melakukan hal yang sama.
Talkshow yang menghadirkan narasumber 1) Selina Patta Sumbung (Ketua Yayasan Sayangi Tunas
Cilik partner of Save The Children), 2) dr.
Madeleine Ramdhani Jasin, Sp.A (Ikatan
Dokter Anak Indonesia), dan 3) Yati,
Ibu dengan dengan Anak Gejala Pneumonia pada 2016, Desa Nagrak Kabupaten
Bandung (via telephone), dinilai
sangat bermanfaat dalam memberikan informasi mengenal dan mencegah Pneumonia
pada anak. Apalagi disaat penutupan Ibu Selina
Patta Sumbung menutup acara dengan slogan STOP
dalam mengatasi Pneumonia. STOP merupakan singkatan dari :
·
S (Air Susu Ibu Saja
Sampai 6 Bulan)
·
T (Tuntaskan Imunisasi)
·
O (Observasi Sesak Napas
Segera Periksa Dokter)
·
P (Pastikan Kecukupan
Gizi)
Dengan slogan STOP ini upaya mengatasi Pneumonia
terdengar begitu mudah, yaitu menitik beratkan pada ASI, imunisasi, penanganan
yang cepat, dan makanan bergizi. Walaupun slogan ini terdengar sederhana, namun
pelaksanaannya tidak sesederhana kedengarannya. Karena ini berkaitan dengan perubahan
perilaku, maka dibutuhkan komitmen yang tinggi untuk berubah. Ibu sebagai
subjek yang paling utama dalam mencegah Pneumonia pada anak akan semakin kuat
komitmennya bila didukung oleh keluarga dan masyarakat disekitarnya.
Mudah-mudahan kampanye STOP Pneumonia ini berhasil, sehingga kita tidak
mendengar lagi ada anak yang mengidap Pneumonia.
Referensi
:
www.alodokter.com
cover
: www.mediskus.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar