Smart
City jika diartikan ke dalam bahasa Indonesia berarti kota pintar. Kata smart selalu diidentikkan dengan teknologi,
misalnya smartphone yang mengusung teknologi canggih dalam memenuhi kebutuhan
penggunanya. Sebetulnya Smart City yang dikonsepkan memang seperti itu, kota
yang melayani penduduknya berbasiskan IT.
Namun apalah daya tidak semua kota memiliki APBD
(Anggaran Pendapatan Belanja Daerah) mampu menciptakan Smart City yang
berbasiskan IT yang mahal itu. Lagipula IT yang mahal itu jika tidak dikelola dengan
baik, tidak mampu juga menyelesaikan permasalahan yang ada.
Oleh karena itu konsep Smart City bukan lagi kota yang
menitik beratkan pada IT dalam mengatasi permasalahan warganya, melainkan
kepada bagaimana kota mengelola sumber daya yang dimilikinya mampu menciptakan
kenyamanan kepada warganya. Warga akan merasa nyaman jika permasalahan yang
dialaminya bisa diatasi dengan baik. Adapun permasalahan yang perlu ditangani
dalam menciptakan kenyamanan warga adalah permasalahan yang meyangkut aspek
ekonomi, aspek sosial, dan aspek lingkungan
Permasalahan dari segi aspek ekonomi yang ada diperkotaaan adalah pengangguran dan pedagang kaki lima. Sebetulnya pengangguran dan pedagang kaki lima mempunyai keterikatan. Pedagang kaki lima adalah pelarian dari pengangguran yang tidak kunjung mendapat pekerjaan sementara ia harus memenuhi kebutuhannya.
Pengangguran, sumber bisnis.tempo.co |
Dengan pelatihan keterampilan mereka yang pengangguran diarahkan
untuk menjadi wirausaha yang mandiri, tapi pelatihan yang dibuat sesuai bakat
dan minat mereka. Karena apabila tidak sesuai dengan bakat dan minat maka ilmu
pelatihan akan susah diserap sehingga tidak bisa diaplikasikan didalam
kehidupan.
Selain itu pemerintah juga membantu UMKM (Usaha Mikro
Kecil dan Menengah) dalam memasarkan produknya. Geliat UMKM tersendat karena
sulitnya memasarkan produk yang mereka hasilkan. Dengan mengandalkan pemasaran
yang mereka usahakan hasilnya tidak memadai, jumlah lakunya hanya sedikit.
Pelaku UMKM ini bergerak dengan modal yang kecil, jika perputaran produknya
lambat maka aktivitas produksinya pun tersendat. Kondisi inilah yang akhirnya
membuat pelaku UMKM berhenti, jadilah mereka pengangguran lagi.
Pendidikan juga harus diperhatikan kualitasnya, setelah
lulus bukan hanya ijazah yang ia terima tetapi juga keterampilan untuk
berwirausaha. Kalau hanya ijazah yang ia peroleh maka ia bergantung menjadi
pekerja, sedangkan lapangan kerja terbatas, inilah yang menyebabkan banyak
pengangguran berijazah sarjana. Tapi kalau ia dibekali keterampilan untuk
berwirausaha maka ia akan menjadi pencipta lapangan kerja.
Sektor pariwisata juga harus dibenahi. Banyak potensi
wisata yang kurang dimaksimalkan penanganannya, sehingga jangankan menarik wisatawan
luar negeri, wisatawan daerah saja enggan mendatanginya. Penanganan sektor
wisata yang baik bisa menciptakan peluang dan lapangan kerja bagi masyarakat.
Masalah dari aspek sosial yang ada diperkotaan adalah tingkat kejahatan yang tinggi, kemacetan, kerusakan jalan, listrik dan air yang sering mati, dan layanan kesehatan yang susah dijangkau. Menurut saya solusi dalam menangani permasalahan diatas adalah :
·
Untuk menekan tingkat
kejahatan dengan membuat pos polisi di wilayah-wilayah yang rawan tindak
kejahatan. Tapi bukan hanya pos polisinya saja yang ada, petugasnya pun harus
ada juga, banyak pos polisi yang kosong ketika hari sudah malam. Padahal ketika
malam harilah sering terjadi tindak kejahatan
·
Untuk mengatasi
kemacetan dengan cara membatasi jumlah kepemilikan kendaraan dalam keluarga.
Timbulnya kemacetan dikarenakan jumlah kendaraan yang sudah terlalu banyak
ditambah kesadaran tertib berlalu lintas yang masih kurang. Dengan adanya
pembatasan jumlah kendaraan ini maka mau tidak mau orang akan menggunakan
transportasi umum. Orang tidak mau menggunakan transportasi umum karena sudah
membeli kendaraan untuk transportasi, tentu saja ia tidak mau rugi mengeluarkan
biaya untuk membeli kendaraan lalu disuruh naik angkutan umum. Untuk
meningkatkan kesadaran tertib berlalu lintas dengan menempatkan polisi lalu
lintas disetiap jalan protokol, dalam jangka waktu yang lama sehingga
masyarakat terbiasa tertib. Buruknya kesadaran tertib berlalu lintas di
Indonesia, sehingga tertib kalau ada polisi lalu lintas saja.
· Untuk mengatasi
kerusakan jalan dengan menyesuaikan ketahanan jalan dengan jenis kendaraan yang
melintasinya. Misalnya jalan yang banyak dilintasi oleh kendaraan besar seperti
truck dan bus, ketahanan jalannya harus memang kuat untuk dilintasi kendaraan
besar. Banyak jalan yang baru diperbaiki sudah rusak, artinya ketahanannya
memang tidak sesuai dengan jenis kendaraan yang melintasinya.
· Untuk mengatasi listrik
dan air yang sering mati dengan cara memberitahukan kepada masyarakat jadwal
pemadaman listrik dan jadwal penyetopan arus air, sehingga masyarakat punya
persiapan. Masyarakat sudah menggantungkan hidupnya kepada listrik, semua
aktivitas menggunakan listrik mulai masak, mencuci, membersihkan rumah, menyetrika,
dll. Begitu juga dengan air PAM (Perusahaan Air Minum), karena masyarakat tidak
punya sumur, air PAM lah satu-satunya sumber air yang mereka punya. Matinya
listrik dan air yang tiba-tiba membuat masyarakat tidak punya persiapan,
situasipun akhirnya jadi kacau. Agar tidak terjadi kekacauan saat pemadaman
listrik pemerintah menyediakan genset disetiap kelurahan, sedangkan untuk
mengatasi air PAM pemerintah memberikan satu sumur bor disetiap kelurahan.
· Untuk mengatasi layanan
kesehatan yang susah dijangkau dengan melengkapi fasilitas Puskesmas. Banyak
pasien yang dirujuk ke rumah sakit dikarenakan keterbatasan alat di Puskesmas.
Disamping itu jika membangun rumah sakit janganlah selalu diposisi ditengah
kota, menyulitkan masyarakat yang tinggal dipinggiran kota. Perlu juga
membangun rumah sakit dipinggiran kota, tidak jarang orang tidak tertolong lagi
dikarenakan jauhnya lokasi rumah sakit dari tempat mereka tinggal.
Masalah dari aspek lingkungan yang ada diperkotaan adalah sampah, pemukiman kumuh, kurangnya RTH (Ruang Terbuka Hijau). Menurut saya cara mengatasi permasalahan diatas adalah :
· Untuk mengatasi
permasalahan sampah dengan memanfaatkan sampah menjadi barang-barang yang bisa
dipergunakan kembali. Sampah yang bisa dimanfaatkan yaitu sampah plastik.
Memanfaatkan sampah plastik salah satunya dengan ecobrick, yaitu memanfaatkan
sampah plastik dengan cara memasukkan sampah plastik kedalam botol plastik yang
dipadatkan dengan tongkat kayu. Hasil ecobrick ini bisa digunakan untuk membuat
kursi, meja, bahkan bahan bangunan. Selain itu dengan menggalakkan mengurangi
sampah plastik dengan cara membawa tas belanja sendiri ketika berbelanja dan
membawa wadah sendiri ketika membeli makanan atau minuman. Sampah plastik jadi
fokus perhatian karena sampah jenis ini paling sulit untuk diurai.
· Untuk mengatasi
pemukiman kumuh dengan menyediakan perumahan yang terjangkau dengan bahan
bangunan yang murah. Dinegara lain ecobrick sudah dijadikan bahan untuk
membangun rumah. Pemerintah bisa membuat kebijakan bagi siapa yang ingin punya
rumah harus menyediakan ecobrick sebagai bahannya, dengan kebijakan ini akan
mengatasi dua permasalahan sekaligus yaitu masalah rumah kumuh dan masalah
sampah
·
Untuk mengatasi
kurangnya RTH dengan mematuhi masterplan tata ruang yang ada. Tidak terciptanya
RTH karena pemerintah selaku pengelola kota tidak mematuhi masterplan tata
kotanya. Tentu saja untuk yang berkaitan dengan masalah kepatuhan ranah
hukumlah yang tepat untuk mengatasinya. Tidak berlebihan rasanya menjadikan
permasalahan pelanggaran tata ruang kota menjadi permasalahan hukum, mengingat
pelanggaran terhadap tata ruang kota membawa kerugian yang besar bagi
masyarakat. Misalnya banjir yang diakibatkan tidak adanya resapan air akibat tidak
adanya RTH, lebih banyak menimbulkan kerugian bagi masyarakat daripada
pencurian atau perampokan
Kesimpulan
Terwujudnya Smart City tentu saja harapan setiap warga
kota, untuk mewujudkannya terlebih dahulu mengatasi permasalahan yang ada
diperkotaan. Upaya ini akan berhasil apabila ada kerjasama yang baik antara
lembaga pemerintah dan antara pemerintah dengan warga. Tidak mudah memang tapi
tidak mustahil untuk mewujudkan Smart City asalkan setiap komponen yang terkait
mempunyai antusias yang sama dan mempunyai visi yang sama untuk membuatnya
menjadi kenyataan, bukan hanya sekedar harapan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar